Analisis Kelayakan Fasilitas Intermoda untuk Mendukung Logistik Angkutan Barang Kereta Api Trans Sulawesi Koridor Makassar-Parepare
MUHAMMAD ALI AKBAR, Multimodal Terminal, Transport Integration, Train Freight Terminal
2022 | Tesis | Magister Sistem dan Teknik TransportasiTransportasi adalah salah satu pilar utama dalam pertumbuhan ekonomi. Transportasi dapat merangsang industri untuk bertumbuh dengan meningkatkan transaksi antara produsen dan konsumen. Kebangkitan infrastuktur perkeretaapian di Sulawesi Selatan dengan adanya Proyek Kereta Api Makassar-Parepare perlu didukung dengan fasilitas alih moda untuk distribusi barang yang mulus. Keputusan dalam pelaksanaan fasilitas alih moda tersebut perlu didukung dengan analisis kelayakan untuk memastikan keberlanjutan dalam perencanaan fasilitas tersebut. Analisis kelayakan didapatkan dengan menentukan kebutuhan fasilitas alih moda yang dibutuhkan serta menentukan kriteria desain sarana dan prasarana. Kemudian hasil desain sarana dan prasarana tersebut dilakukan analisis kelayakan dengan menentukan total biaya yang dibutuhkan serta potensi pendapatan dengan berbagai skenario load factor. Di dalam studi sebelumnya ditemukan bahwa terdapat 3 komoditas utama yang berpotensi untuk menjadi tulang punggung perekonomian Sulawesi Selatan, yaitu beras, rumput laut, dan semen. Rumput laut dan beras memerlukan fasilitas alih moda sebagai pengumpul barang yang kemudian akan dikirim ke pelabuhan sebagai komoditas ekspor. Sedangkan semen memerlukan fasilitas alih moda untuk mendistribusikan semen dari pabrik menuju daerah-daerah lokal di Sulawesi Selatan. Desain fasilitas alih moda memerlukan 3 pembagian zona utama. Zona terbagi menjadi zona kereta api, zona pergudangan, dan zona angkutan darat. Masing-masing zona dihitung menggunakan demand yang akan dilayani oleh fasilitas alih moda tersebut. Perencanaan antara kebutuhan sarana kereta api dan sarana angkutan darat harus memiliki keseimbangan agar perencanaan fasilitas dapat maksimal. Analisis kelayakan fasilitas alih moda didapatkan 2 skema utama yaitu dengan skema KPBU dengan asumsi load factor 60%. Skema tersebut mendapatkan NPV sebesar Rp30.015.244.597, BCR sebesar 1,069, IRR 10,48%, dan pengembalian investasi selama 37 tahun. Skema selanjutnya adalah Kerja Sama Pemanfaatan (KSP) dengan pemerintah membantu pengadaan lahan, pengadaan prasarana, serta pengadaan sarana. Dari skema ini didapatkan NPV Rp.3.750.696.232, BCR 1,016, IRR 9,94%, serta pengembalian investasi selama 46 tahun.
Transportation is of the main pillars of economic growth. Transportation can stimulate industry to grow by increasing transaction between producer and consumer. The rise of railway infrastructure in South Sulawesi with the Makassar-Pare pare Railway project need to be supported by intermodal facilities to make seamless logistic process. The project implementation decision must be backed up by feasibility analysis to ensure project sustainability. Feasibility analysis is obtained by determining the facility needs and design criteria. The design output then used for the feasibility analysis by calculating multiple scenarios with different load factor and financing responsibilities. In the previous studies found that there are 3 main commodities potential for becoming the backbone of the economics of South Sulawesi. The 3 main commodities are rice, seaweed, and cement. Rice and seaweed need the facilities as a consolidation point which will then delivered to Makassar New Port as an export commodity. The other hand cement commodities need the facilities as a distribution point from mining factory to the local demand in South Sulawesi. Intermodal facilities design needs 3 main zone. Zone is divided into railway zone, warehouse zone, and land transport zone. Each zone is calculated using the demand that needs to be served. The design between railway, warehouse, and land transport facilities needs to be orchestrated to reach equilibrium to optimize the design. Feasibility study of intermodal facilities get 2 feasible scenarios of 6 scenarios calculated. The first scenario obtained from assumption that the facility have 60% load factor with NPV Rp30,015,244,597, BCR 1.069, IRR 10,48%, and payback period for 37 years. The next scenario obtained from assumptions that the infrastructure, facilities, and land acquisition are given by the government with NPV Rp3,750,696,232, BCR 1.016, IRR 9.94%, and payback period for 46 years.
Kata Kunci : Terminal Multimoda, Integrasi Transportasi, Terminal Barang Kereta Api