Laporkan Masalah

KETIDAKADILAN DI DALAM NOVEL TIBA SEBELUM BERANGKAT KARYA FAISAL ODDANG: KAJIAN POSMODERNISME LINDA HUTCHEON

AISYAH PUTRI R, Saeful Anwar, S.S., M.A.

2022 | Skripsi | S1 BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Peristiwa DI/TII menjadi bagian sejarah Indonesia, terutama bagi masyarakat Sulawesi. Dalam Tiba Sebelum Berangkat, Faisal Odang mengangkat peristiwa tersebut dan sejumlah persoalan di sekitar kejadian, seperti pembantaian Bissu oleh DI/TII, pemilu masa orde baru, dan kehidupan pasca peristiwa tersebut. Teori Posmodernisme Linda Hutcehon digunakan untuk mengkaji masalah-masalah tersebut yang ada dalam novel Tiba Sebelum Berangkat. Kajian tersebut akan membedah narasi-narasi yang mengandung fakta sejarah dan unsur fiksi di dalam novel. Bersamaan dengan itu, teori ini juga membedah tentang hubungan pusat dan pinggiran serta menjabarkan kontektualisasinya. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa novel Tiba Sebelum Berangkat memuat narasi-narasi fakta sejarah Pemberontakan DI/TII dan unsur fiksi. Perpaduan fakta sejarah dan unsur fiksi melahirkan parodisasi yang berisi gagasan pengarang untuk mengkritik dominasi orang-orang Jawa dengan menggambarkan orang Jawa sebagai kacung orang-orang lokal Sulawesi. Selain itu juga terdapat parodisasi tentang Ali Baba yang merupakan orang yang melakukan kejahatan untuk melakukan suatu kebaikan. Di dalam novel Tiba Sebelum Berangkat dihadirkan hubungan pusat dan pinggiran sebagai bentuk perlawanan pihak yang dikuasai atas dominasi yang dilakukan oleh penguasa-penguasa. Kontekstualisasi peristiwa-peristiwa yang ada di dalam novel Tiba Sebelum Berangkat mengacu pada peristiwa sekitar tahun 1965 tentang pemberontakan DI/TII, diskriminasi agama, ras, dan gender, dan pengkhianatan pemerintah kepada masyarakat.

The DI/TII rebellion became a part of Indonesian history, especially for the people of Sulawesi. In Tiba Sebelum Berangkat, Faisal Oddang discussed the rebellion and several issues surrounding it, including Bissu's massacre by the DI/TII, the New Order election, and life after the rebellion. Linda Hutcheon's postmodernism theory is used to study the problem in Tiba Sebelum Berangkat. The theory will be used to analyze the narratives containing historical facts and the fictional elements in the novel. Furthermore, the theory deconstructs the center-periphery relationship and describes its contextualization. The research findings showed that novel Tiba Sebelum Berangkat contains narratives about historical facts of DI/TII rebellion and fictional elements. The combination of historical facts and fictional elements resulted in a parody containing the author's idea to criticize the Javanese domination by describing the Javanese as the lackey of the Sulawesi's local people. In addition, a parody of Ali Baba, a person who commits a crime in order to do good, is also depicted. The novel Tiba Sebelum Berangkat depicts the center-periphery relationship as a rebellion from the ruled against the rulers' dominance. The contextualization of events occurred in the novel Tiba Sebelum Berangkat refers to the incidents around 1965 about the DI/TII rebellion, religious, racial, and gender discrimination, and the government's betrayal of the public.

Kata Kunci : contextualization, parody, postmodernism

  1. S1-2022-415033-abstract.pdf  
  2. S1-2022-415033-bibliography.pdf  
  3. S1-2022-415033-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2022-415033-title.pdf