EVALUASI KEBIJAKAN SAFETY STOCK DI TENGAH KENAIKAN PERMINTAAN DAN TERKENDALANYA PASOKAN: STUDI PADA PRODUK ORAL CARE PT. UNILEVER INDONESIA

PUTRI LARASSATI, Luluk Lusiantoro, S.E., M.Sc., Ph.D.

2022 | Tesis | MAGISTER MANAJEMEN (KAMPUS JAKARTA)

PT Unilever Indonesia, khususnya kategori produk oral care, menghadapi berbagai resiko dan faktor ketidakpastian dalam pengelolaan rantai pasok yang berdampak langsung pada tren kenaikan nilai absolut service level loss (SL loss). Sementara rata-rata SL loss selama kurun waktu 5 tahun terakhir adalah 800 milyar rupiah, kategori produk oral care mengalami peningkatan nilai absolut SL loss hingga 97% lebih tinggi sepanjang 2021. Berdasarkan data sekunder, 88% penyebab adalah meningkatnya permintaan secara drastis yang disertai dengan ketidaktersediaan barang untuk memenuhi permintaan tersebut. Hal ini diindikasikan terjadi karena tingkat safety stock belum optimum. Penulis menggunakan metode perhitungan tingkat koefisien variasi (CV) yang kemudian menjadi dasar dalam penetapan tingkat safety stock baru yang digunakan. Hasil penelitian terhadap 89 SKU menunjukkan bahwa tingkat safety stock dapat dihitung dengan terlebih dahulu membedakan SKU berdasarkan tipe rantai pasok yang berdampak pada komponen perhitungan lead time. Tingkat safety stock baru akan berbeda untuk masing-masing tipe strategi pengadaan (in-house production, bought-in, dan promo bundling). Analisis komparasi potensi hilangnya pendapatan karena service level loss antara tingkat safety stock yang ditetapkan saat ini dengan tingkat safety stock baru menunjukkan bahwa usulan kebijakan baru dapat mengurangi potensi hilangnya penjualan akibat ketidaktersediaan produk hingga rata-rata Rp 209 milyar rupiah setiap tahunnya atau setara dengan kenaikan service level hingga 4,5%.

PT Unilever Indonesia, particularly in the category of oral care products, faces various risks and uncertainties in supply chain management which have a direct impact on the increasing trends of the absolute value of service level loss (SL loss). While the average SL loss over the last 5 years was 800 billion rupiah, the category of oral care products experienced an absolute increase in the absolute value of SL loss up to 97% higher throughout 2021. Based on secondary data, 88% of the cause was a drastic increase in demand along with the unavailability of goods to fulfil the demand. This is indicated because of the level of safety stock which is not yet optimal. The author uses the method of calculating the coefficient of variation (CV) level which then becomes the basis for determining the new safety stock level used. The results of the study of 89 SKUs show that the level of safety stock can be calculated by first distinguishing SKUs based on the type of supply chain which has an impact on the components of the lead time calculation. The new safety stock level will be different for each type of procurement strategy (in-house production, bought-in, and promo bundling). A comparative analysis of the potential loss of revenue due to service level loss between the current safety stock level and the new safety stock level shows that the proposed new policy can reduce the potential loss of sales due to product unavailability to an average of IDR 209 billion per year or equivalent to an increase in service levels up to 4.5%.

Kata Kunci : Kata kunci: service level, variabilitas permintaan, variabilitas lead time, analisis koefisien variabilitas, safety stock