Analisis Nilai Tanah Menggunakan Geographically Weighted Regression (GWR) pada Daerah Pengembangan Kawasan Industri (Studi Kasus: Kalurahan Argodadi, Kapanewon Sedayu, Kabupaten Bantul)
INDRA PRAMUDITA, Ir.Prijono Nugroho Dj. M.SP.,Ph.D.,IPM
2022 | Tesis | MAGISTER TEKNIK GEOMATIKATanah merupakan kebutuhan yang sangat vital termasuk di sektor industri sebagai sektor unggulan pemerintah. Pemerintah DIY melalui Perda No. 7 tahun 2019 menetapkan Kalurahan Argodadi sebagai target pembangunan kawasan peruntukan industri seluas 188,33 ha sekaligus sebagai kawasan strategis ekonomi kabupaten. Hal ini diperkirakan berdampak pada bidang tanah dalam hal kepemilikan, penggunaan, dan nilai tanah. Penelitian ini bertujuan untuk memodel nilai tanah, memetakan besar perubahan, dan menentukan pola nilai tanah dampak dari pengembangan kawasan industri. Data penelitian menggunakan data transaksi jual beli dan penawaran rentang tahun 2016 s.d. 2021 yang selanjutnya dikelompokkan menjadi data sebelum dan setelah perda. Data sampel transaksi dan penawaran diperoleh dari Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul dan hasil survei lapangan. Survei data transkasi dan penawaran dilakukan dengan metode random sampling dalam cakupan Kalurahan Argodadi. Pemodelan nilai tanah memanfaatkan analisis regresi linier berganda dan Geographically Weighted Regression (GWR). Pemodelan sebelum perda dipilih menggunakan dua belas variabel bebas antara lain: luas bidang, lebar muka bidang, lebar depan jalan, jarak ke jalan arteri, jarak ke jalan kolektor, jarak ke Sungai Progo, jarak ke Sungai Konteng, jarak ke pasar, letak tanah huk, letak tanah normal, bentuk tanah, dan penggunaan lahan. Pemodelan setelah perda dipilih menggunakan tiga belas variabel bebas seperti pemodelan sebelum perda yang ditambahkan variabel kawasan industri. Hasil pemodelan nilai tanah pada model sebelum dan sesudah perda menghasilkan model sejumlah bidang yang diprediksi yaitu 9988. Kenaikan rata-rata keseluruhan bidang tanah di Argodadi sampai dengan tahun 2021 sebesar 52,40%. Kenaikan nilai tanah pada lokasi target pembangunan kawasan industri sebesar 50,89%. Pola nilai tanah sebelum perda cenderung acak. Tanah yang berada di dekat dengan jalan arteri dan sepanjang jalan kolektor cenderung tinggi. Pola nilai tanah setelah perda cenderung bervariasi. Tanah yang berada dekat dengan jalan arteri dan sepanjang jalan kolektor menghasilkan nilai yang lebih tinggi. Nilai tanah pada kawasan peruntukan industri bervariasi. Tanah yang terletak dekat dengan jalan kolektor dan area pabrik terbangun cenderung memiliki nilai tanah yang lebih tinggi.
Land is a very vital need, including in the industrial sector as the government's leading sector. DIY Government through regional regulation No. 7 of 2019 set the Argodadi Village as a target for developing an industrial designation area of 188.33 ha as well as a strategic economic district. This is expected in terms land tenure, land use and land value. This study aims to create a land value model, map the magnitude of the change, and determine the pattern of land value impacts from the development of industrial estates. This study uses data on buying and selling transactions and offerings ranging from 2016 to 2021 which will then be grouped into data before and after the regional regulation. Sample data on transactions and bids were obtained from the Bantul Regency Land Office and the results of field surveys. The transaction and supply data survey were conducted using a random sampling method within the Argodadi Village area. Land value modeling using multiple linear regression analysis and Geographically Weighted Regression (GWR). The modeling before the regional regulation is predicted to use twelve independent variables, including: area, width of the front of the field, width of the front of the road, distance to arterial roads, distance to collector roads, distance to the Progo River, distance to the Konteng River, distance to the market, huk land location, normal land location, form of land, and land use. The modeling after the regional regulation is predicted to use thirteen independent variables, such as the modeling before the regional regulation which is added to the industrial area variable. The modeling of land values in the models before and after the regional regulation produce a predicted number of plots of 9988. The average increase in the overall plot of land in Argodadi until 2021 is 52.40%. The increase in land value at the target location of industrial estate development is 50.89%. The pattern of land values before the regional regulation tends to be random, and soil near arterial roads and along collector roads tends to be high. The pattern of land values after the regional regulation tends to vary. Land near arterial roads and along collector roads has a higher value. There are variations in the value of land in industrial designation areas. Land close to collector roads and built-up factory areas tends to have a higher land value.
Kata Kunci : kawasan industri, GWR, nilai tanah, pola