GEOLOGI PENGEMBANGAN WILAYAH KARST DAN KARST PESISIR PANTAI MBOYO HINGGA PANTAI DRINI UNTUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL, D.I. YOGYAKARTA
ONGKY SUHERMAN HENG, Dr.rer.nat. Ir. Doni Prakasa Eka Putra, S.T., M.T., IPM.; Ir. Anastasia Dewi Titisari, M.T., Ph.D., IPU.
2022 | Skripsi | S1 TEKNIK GEOLOGIArahan pengembangan wilayah pada bentang alam karst membutuhkan pertimbangan berbagai aspek karena sifatnya yang kompleks. Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki bentang alam karst adalah Gunungkidul khususnya di Kapanewon Saptosari dan Tanjungsari. Kedua wilayah tersebut memiliki bentang alam karst yang terbagi menjadi karst darat dan karst pesisir. Selain itu, pada kedua wilayah tersebut terdapat infrastruktur besar yang sedang dikembangkan yaitu Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) Baron yang diharapkan mampu mendukung sektor pariwisata. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Gunungkidul jumlah penduduk di Kabupaten Gunungkidul mengalami pertambahan sebesar 71.779 jiwa pada tahun 2020 dibandingkan tahun 2010. Sehingga kebutuhan akan ruang sebagai tempat tinggal maupun infrastruktur akan terus meningkat. Oleh karena itu, pembangunan pada bentang alam karst membutuhkan perencanaan khusus agar tercipta keseimbangan antara alam dan manusia yaitu melalui geologi pengembangan wilayah. Aspek yang dipertimbangkan dalam geologi pengembangan wilayah pada penelitian ini terbagi menjadi 2 yaitu aspek geologi dan aspek non-geologi. Aspek geologi terdiri dari geomorfologi, kekuatan litologi dan tanah, lokasi potensi mata air dan sungai bawah tanah, dan bahaya geologi yang meliputi bahaya gempa, tsunami, amblesan (sinkhole), dan abrasi. Sedangkan aspek non-geologi terdiri dari jarak sempadan pantai, jalan dan jaringan jalan, kawasan permukiman, dan sistem penyediaan air minum (SPAM). Keseluruhan aspek tersebut digunakan untuk menentukan arahan pengembangan wilayah khususnya usaha pariwisata menurut Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 3 Tahun 2014 yang terbatas pada usaha jasa makanan, minuman, dan akomodasi, usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi, dan usaha wisata tirta. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yaitu metode yang mempertimbangkan berbagai aspek dengan bobot-bobot tertentu dengan limitasi nilai Consistency Ratio (CR) dan analisis sensitivitas sejumlah 4 variasi untuk masing-masing usaha pariwisata. Hasil akhir penelitian ini berupa peta rekomendasi arahan pengembangan wilayah dengan zona sangat direkomendasikan untuk 3 kelompok usaha pariwisata yang terbagi menjadi 7 zona.
The direction of regional development in karst landscapes requires consideration of various aspects due to its complex nature. One of the areas in Indonesia that has a karst landscape is Gunungkidul, especially in Kapanewon Saptosari and Tanjungsari. Both areas have karst landscapes which are divided into terrestrial karst and coastal karst. In addition, in these two areas there is a large infrastructure being developed, namely the Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) which is expected to be able to support the tourism sector. Based on information from the Badan Pusat Statistik Kabupaten Gunungkidul, the population in Gunungkidul Regency has raised by 71.779 individuals in 2020 compared to 2010. That the want for an space as an area to live and infrastructure can still increase. Therefore, development in karst landscapes needs special planning in order to form a balance between nature and humans, particularly through regional development geology. Aspects considered within the geology of regional development during this study are divided into 2, namely geological aspects and non-geological aspects. Geological aspects consist of geomorphology, lithological and soil strength, potential locations of springs and underground rivers, and geological hazards which include earthquake, tsunami, sinkhole and abrasion hazards. While the non geological aspects consist of the distance to the coast, roads and road networks, residential areas, and drinking water supply systems. All of these aspects are used to determine the direction of regional development, especially tourism businesses according to the Regulation of the Gunungkidul Regent Number 3 of 2014 which is limited to food, beverage and accommodation services, entertainment and recreational activities, and water tourism businesses. The method used in this study is the Analytical Hierarchy Process (AHP) method, which is a method that considers various aspects with certain weights with a limited Consistency Ratio (CR) value and a sensitivity analysis of 4 variations for each tourism business. The final result of this research is a map of recommendations for regional development directions with highly recommended zones for 3 tourism business groups which are divided into 7 zones.
Kata Kunci : analisis sensitivitas, analytical hierarchy process (AHP), geologi pengembangan wilayah, gunungkidul, usaha pariwisata