JEBOR DAN KOTA TERAKOTA YANG BERKELANJUTAN colon Studi Kasus Jatiwangi Art Factory
NAFA ARINDA, Dr. G.R. Lono Lastoro Simatupang, M.A.
2022 | Tesis | MAGISTER ANTROPOLOGIJatiwangi adalah sebuah wilayah di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat yang terkenal dengan industri gentingnya. Terdapat banyak pabrik genting yang biasa disebut Jebor di Jatiwangi. Namun eksistensi Jebor Jatiwangi kini mulai redup akibat dampak hadirnya industri-industri baru di Jatiwangi. Jatiwangi Art Factory (JaF) sebagai sebuah kolektif hadir untuk merespon persoalan tersebut menggunakan pendekatan seni dan budaya. Menawarkan wacana Kota Terakota sebagai pemecah persoalan. JaF membuat gagasan Soil Bank sebagai langkah awal upaya realisasi wacana Kota Terakota. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan secara riil situasi dan kondisi Jatiwangi khususnya Jebor dan budaya industri produksi gentingnya. Selain itu juga untuk mencari tahu latar belakang eksistensi dan aktivitas JaF sebagai pabrik seni hingga perjalanannya dalam menggagas wacana Kota Terakota. Menganalisa dampak daya seni dalam upaya JaF merealisasikan wacana Kota Terakota. Terakhir, menganalisa stategi JaF pada gagasan Soil Bank dan melihat langkah terkini JaF dalam gagasan tersebut serta kaitannya dalam menyokong realisasi wacana Kota Terakota. Metode penelitian yang digunakan adalah observasi partisipasi dan wawancara mendalam terhadap JaF dan pelaku industri genting Jatiwangi. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa menggunakan pendekatan seni dan dayanya di masyarakat serta kerangka antropologis kerja pengembangan. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa industri genting Jatiwangi mulai pudar, keberadaan Jebor dan perajin genting semakin berkurang seiring dengan laju pembangunan di Jatiwangi yang membuka keran industri baru di Jatiwangi. Hal ini menyebabkan pergeseran pola kehidupan di Jatiwangi dalam aspek sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan. JaF hadir sebagai respon dari persoalan-persoalan tersebut dan melakukan berbagai kegiatan berkesenian sebagai cara untuk mengajak warga Jatiwangi bertahan bersama. Menawarkan wacana Kota Terakota sebagai impian sebuah ruang hidup yang berkelanjutan. Menyatakan sebuah identitas baru yang berakar dari identitas masa lalu, yaitu identitas budaya pengolahan tanah liat. Menggunakan daya seni sebagai strategi untuk mendulang partisipasi dan relasi serta menggunakan daya seni dalam bernegosiasi sebagai upaya realisasi Kota Terakota. JaF dalam upayanya merealisasikan Kota Terakota mengajak warga Jatiwangi khususnya pelaku industri genteng untuk bersama menggerakan gagasan Soil Bank, yang secara narasi dan harfiah merupakan cara berhemat dalam menggunakan tanah, bahan kebudayaan mereka. Dimana diversifikasi produk adalah langkah awal gagasan ini untuk menyokong realisasi Kota Terakota yang berkelanjutan.
Jatiwangi is an area in Majalengka Regency, West Java which is famous for its rooftile industry. There are many rooftile factories commonly called Jebor in Jatiwangi. However, the existence of Jebor Jatiwangi is now starting to dim due to the impact of the presence of new industries in Jatiwangi. Jatiwangi Art Factory (JaF) as a collective is here to respond to these problems using an artistic and cultural approach. Offers the discourse of Terracotta City as a problem solver. JaF developed the Soil Bank idea as the first step in realizing the Terracotta City discourse. Therefore, this paper aims to describe in real terms the situation and condition of Jatiwangi, especially Jebor and its rooftile industrial culture. In addition, to find out the background of JaF's existence and activities as an 'art factory' to its journey in initiating the discourse of Terracotta City. Analyzing the impact of artistic power in JaF's efforts to realize the Terracotta City discourse. Finally, analyze JaF's strategy on the Soil Bank idea and see JaF's latest steps in the idea and its relation to supporting the realization of the Terracotta City discourse. The research method used is participatory observation and in-depth interviews with JaF and Jatiwangi rooftile industry players. The data that has been collected is then analyzed using an artistic approach and its power in society as well as an anthropological framework for development work. The findings of this study indicate that the Jatiwangi rooftile industry is starting to fade, the presence of Jebor and rooftile craftsmen is decreasing along with the pace of development in Jatiwangi which opens new industrial faucets in Jatiwangi. This causes a shift in the pattern of life in Jatiwangi in terms of social, economic, cultural and environmental aspects. JaF was present as a response to these problems and carried out various artistic activities as a way to invite the residents of Jatiwangi to survive together. Offering the discourse of Terracotta City as a imagination of a sustainable living space. Stating a new identity rooted in past identities, namely the cultural identity of clay processing. Using artistic power as a strategy to gain participation and relationships and using artistic power in negotiations as an effort to realize Terracotta City. JaF in its efforts to realize Terracotta City invites the residents of Jatiwangi, especially the rooftile industry players, to jointly mobilize the idea of Soil Bank, which is narratively and literally a way to save money in using land, their cultural material. Where product diversification is the first step of this idea to support the realization of a sustainable Terracotta City.
Kata Kunci : Jatiwangi, Seni, Kriya, Genting, Terakota, Tanah