Peranan mahkamah internasional dalam penyelesaian sengketa antara Indonesia dan Malaysia tentang kedaulatan atas pulau Ligitan dan pulau Sipadan
RAJABI, Mohammad Taghi, Dr. Mohd. Burhan Tsani, S.H.,MH
2003 | Tesis | S2 Ilmu HukumPada tanggal 31 Mei 1997 Indonesia dan Malaysia dengan menandatangani perjanjian khusus mengajukan sengketa Pulau Ligitan dan Pulau Sipadan ke Mahkamah Internasional. Pada tanggal 17 Desember 2002, Mahkamah Internasional memutuskan kedaulatan atas kedua pulau dimiliki oleh Malaysia. Permasalahannya adalah: bagaimanakah peranan Mahkamah Internasional dalam penyelesaian sengketa antara Indonesia dan Malaysia tentang kedaulatan atas Pulau Ligitan dan Sipadan sehingga menghasilkan suatu keputusan yang diterima oleh kedua belah pihak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji prosedur penyelesaian sengketa Pulau Ligitan dan Pulau Sipadan antara Indonesia dan Malaysia melalui Mahkamah Internasional. Penelitian ini merupakan penelitian hukum diskriptif analitis. Penelitian dilakukan dengan mempergunakan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer dan sekunder yang diperoleh dengan menggunakan studi dokumen, baik melalui penelitian kepustakaan maupun penelitian melalui sarana elektronik. Kemudian data dianalisis secara kualitatif untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai peranan MI dalam penyelesaian sengketa antara Indonesia dan Malaysia tentang kedaulatan atas Pulau Ligitan dan Pulau Sipadan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya penyelesaian yang dilakukan oleh kedua belah pihak sudah sesuai dengan ketentuan pasal 33 Piagam PBB dan Resolusi Majelis Umum PBB tahun 1970. Mahkamah Internasional dalam menyelesaikan sengketa Pulau Ligitan dan Pulau Sipadan sudah benar-benar obyektif. Pemeriksaan perkara dilakukan dengan menggunakan instrumen hukum yaitu Statuta dan Tata Cara Mahkamah Internasional yang diterima oleh masyarakat internasional. Mahkamah secara obyektif memeriksa semua bukti yang dimiliki para pihak. Mahkamah dalam mengambil keputusan mempertimbangkan prinsip continous effctivites. Mahkamah Internasional menghasilkan suatu keputusan yang adil, final, mengikat dan diterima para pihak
According to the Special Agreement between Indonesia and Malaysia, signed on May 31, 1997, the parties agreed to submit the dispute concerning sovereignity over Ligitan and Sipadan Islands to the International Court of Justice. On December 17, 2002, the Court conclude that Malaysia had sovereignity over Ligitan and Sipadan. The problem was: How was the role of ICJ to reach decission that was fair dan accepted by the parties. The objective of present research was to evaluate the proceeeding and judgement of ICJ. The present research was a discriptive analytical research. It was conducted by collecting secondary data consisting of primary and secondary legal materials. The secondary data were obtained by library research and electronic means. The collected data were analyised qualitatively to show the role of ICJ. The result of research illustrated that the parties had tried to settle their dispute on accordance with article 33 of UN Charter and the Resolution of General Assemmbly (1970). The ICJ decision had been based on the Statute and Rules of Court, that was recognized as international instrument. The documents, submitted by the parties, had been actualy examined by ICJ. The ICJ decision based on principle of continous effectivites was fair, final and accepted by the parties.
Kata Kunci : Mahkamah Internasional,Sengketa Kedaulatan,Indonesia dan Malaysia, Ligitan-Sipadan dispute, International Court of Justice