Laporkan Masalah

Gambaran Penindasan Terhadap Comfort Women dalam Film Spirits Homecoming (Gwihyang)

SYAVIRA AUGUSTINE, Suray Agung Nugroho, S.S., M.A., Ph.D.

2022 | Skripsi | S1 BAHASA DAN KEBUDAYAAN KOREA

Penelitian ini membahas mengenai gambaran penindasan terhadap Comfort Women dalam film Gwihyang (Spirits Homecoming) karya sutradara Cho Jung-rae yang dirilis pada tanggal 26 Februari 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penggambaran penindasan yang dilakukan oleh tentara Jepang terhadap Comfort Women dan menganalisis apa pengaruh dari perbedaan kedudukan antara Comfort Women dan tentara Jepang terhadap penindasan yang terjadi kepada Comfort Women dengan menggunakan teori Feminisme Poskolonial oleh Oyeronke Oyewumi (2005). Feminisme poskolonial adalah penggabungan antara teori feminisme dan teori poskolonialisme, Oyewumi menjelaskan bahwa tingkatan hierarki kolonial memiliki 4 tingkat, dengan tingkatan paling atas yang diduduki oleh laki-laki dari negara penjajah dan tingkatan terbawah diduduki oleh perempuan dari negara jajahan. Hasil analisis berdasarkan screenshot adegan, dialog antartokoh, dan closed caption menunjukkan bahwa Comfort Women mengalami eksploitasi me-lalui penculikan paksa atau iming-iming palsu terhadap gadis-gadis muda dari negara jajahan, dipaksa untuk bekerja dalam kondisi yang tidak layak, dan berakhir dibunuh atau dibuang ketika mereka tidak lagi dibutuhkan oleh tentara Jepang. Terdapat pula penyiksaan secara fisik dan mental terhadap Comfort Women yang dilakukan oleh tentara Jepang. hal ini didukung oleh data-data yang menunjukkan bahwa Comfort Women dalam sejarah juga mengalami eksploitasi dan penindasan seperti di dalam film. Eksploitasi dan penyiksaan ini disebabkan karena adanya pengaruh dari perbedaan kedudukan antara Comfort Women dan tentara Jepang jika dilihat dari hierarki kolonial. Comfort Women yang merupakan gadis-gadis dari negara jajahan tidak memiliki wewenang atas apapun, termasuk atas diri mereka sendiri, sehingga mereka rentan untuk mendapat penindasan dari orang-orang yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi.

Thisresearch discusses the portrayal of the oppression towards Comfort Women in the film Gwihyang (Spirits' Homecoming) by director Cho Jung-rae which was released on February 26, 2016. This research aims to identify the potrayal of the oppression done by the Japanese army towards Comfort Women and analyze what is the effect of the difference in position between Comfort Women and the Japanese army on the oppression that happens to Comfort Women using the theory of Postcolonial Feminism by Oyeronke Oyewumi (2005). Postcolonial feminism is a combination of feminism and postcolonialism, Oyewumi explains that the colonial hierarchy has 4 levels, with the top level being occupied by the men of the colonizing country and the lowest level occupied by the women of the colonized country. The results of the analysis based on screenshots, dialogue between characters, and closed captions show that Comfort Women experienced exploitation through forced kidnapping or false lure of young girls from colonized countries, forced to work in brutal conditions, and ended up killed or thrown away when they were no longer needed by the Japanese army. There was also physical and mental torture of Comfort Women by Japanese soldiers. This is supported by data showing that Comfort Women in history also experienced exploitation and oppression as in the film. This exploitation and torture was caused by the influence of the difference in position between Comfort Women and the Japanese army when viewed from the colonial hierarchy. Comfort Women who were girls from colonial countries did not have authority over anything, including over themselves, so they were vulnerable to getting oppression of those in higher positions.

Kata Kunci : Spirits Homecoming, Comfort Women, Feminisme Poskolonial, Penindasan, Eksploitasi, Laki-laki dari Negara Penjajah, Perempuan dari Negara Jajahan