Laporkan Masalah

Perancangan Rumah Teh di Sleman dengan Pendekatan Desain Biofilik

AURORA CAHYA ADISA, Dr. Eng. Ir. Ahmad Sarwadi, M.Eng.

2022 | Skripsi | S1 ARSITEKTUR

Teh adalah bahan baku dari salah satu jenis minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia, dan Indonesia merupakan satu dari 10 negara produsen teh terbesar di dunia. Meskipun begitu, angka konsumsi teh di indonesia masih rendah dan hasil produksi teh telah menurun di beberapa tahun terakhir karena beberapa penyebab, salah satunya karena adanya peralihan fungsi lahan perkebunan. Beralihnya fungsi lahan perkebunan teh diakibatkan karena teh dianggap kurang menguntungkan oleh petani. Permintaan akan teh berkualitas tinggi di kalangan masyarakat masih minim. Hal tersebut berhubungan dengan sejarah, dimana sejak era penjajahan Belanda, masyarakat Indonesia sudah terbiasa mengonsumsi 'teh yang murah', sehingga masyarakat belum familiar dengan teh berkualitas baik. Sinergi antara para penggiat industri teh dan penggiat teh diperlukan untuk mendukung peningkatan angka konsumsi teh di Indonesia. Kehadiran rumah teh bertujuan untuk mewadahi aktivitas-aktivitas yang terintegrasi untuk meningkatkan angka konsumsi teh di Indonesia. Rumah teh menjadi wadah bagi masyarakat untuk mengenal teh dari pengetahuan yang paling dasar, dan memfasilitasi masyarakat yang tertarik untuk belajar lebih lanjut mengenai teh, sehingga nantinya, merekalah yang diharapkan bisa berkembang menjadi pelaku-pelaku baru dalam dunia bisnis teh. Pengenalan dan edukasi mengenai teh ini mempunyai sasaran masyarakat umum. Embung Tambakboyo dipilih sebagai lokasi dari rumah teh dengan beberapa pertimbangan. Pendekatan desain biofilik yang menghadirkan alam dalam desain bangunan diharapkan mampu membentuk suasana yang mendukung untuk kegiatan konsumsi teh dan memberikan pengaruh baik bagi kesehatan manusia, dimana permasalahan ini merupakan permasalahan yang banyak terjadi pasca adanya pandemi covid-19.

Tea is the raw material for one of the most consumed beverages in the world, and Indonesia is one of the 10 largest tea producers in the world. However, the rate of tea consumption in Indonesia is still low and production yields have declined in recent years due to the change in the function of plantation land. The change in the function of plantation land is caused by the consideration of the farmers that tea is less profitable. The demand of high quality tea among Indonesian people is still minimal. This case is related to history, where since the Dutch colonial era, Indonesian people have been accustomed to consuming 'cheap tea', so that people are not familiar with good quality tea. Synergy between industrial activists and tea activists is needed to support the increase in tea consumption in Indonesia. The presence of the tea house aims to accommodate integrated activities to increase the number of tea consumption in Indonesia. The tea house is a place for people to get to know tea from the most basic knowledge, and facilitates people who are interested in learning more, so that later, they are expected to develop and being new actors in the tea business world. The introduction and education of tea is targetting general public. Embung Tambakboyo was chosen as the location of the tea house with several considerations. The biophilic design approach that presents nature in the design of the building is expected to be able to form an atmosphere that supports tea consumption activities and expected to give a good influence on human physical & mental health, where this problem is a problem that often occurs since the COVID-19 pandemic happened.

Kata Kunci : Teh, Rumah Teh, Desain Biofilik

  1. S1-2022-424903-abstract.pdf  
  2. S1-2022-424903-bibliography.pdf  
  3. S1-2022-424903-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2022-424903-title.pdf