Laporkan Masalah

Terminal Bandara Jenderal Besar Soedirman di Purbalingga dengan Pendekatan Arsitektur Nusantara

DAVID GILANG T, Ikaputra, Ir., M.Eng., Ph.D.

2021 | Skripsi | S1 ARSITEKTUR

Ruang publik yang benar-benar publik ataupun yang dimiliki oleh entitas tertentu (private owned public spaces/ POPS) muncul dari kebutuhan masyarakat untuk beraktivitas di luar properti pribadinya. Dalam sektor transportasi, ruang publik ada untuk mengumpulkan masyarakat yang hendak mengakses kendaraan tertentu seperti: halte, terminal, stasiun, pelabuhan dan bandara. Dalam perkembangannya, ruang publik semakin kaya akan fasilitas untuk aktivitas yang dinaunginya. Terjadi pergeseran, penambahan dan integrasi fungsi di berbagai bentuk ruang publik. Bandara sering yang disebut sebagai ‘hallmark building’ pada abad ke 21, telah berhasil meningkatkan pergerakan manusia dan barang yang masif. Bandara Jenderal Besar Soedirman direncanakan sebagai bandar udara domestik dengan hierarki sebagai bandara pengumpan yang terletak di kota yang merupakan pusat persebaran kegiatan lokal dan memiliki klasifikasi landasan pacu 3C. Bandara ini akan difungsikan untuk pemerintahan dan pengusahaan juga berperan sebagai simpul, gerbang ekonomi, alih moda transportasi dan wawasan nusantara. Jika bandar udara dapat merespons konteks budaya salah satunya menggunakan pendekatan Arsitektur Nusantara, diharapkan bandara memiliki citra yang mampu memperkenalkan wisatawan terhadap daerah yang akan dikunjunginya bandara perlu mempertimbangkan bagaimana bandara dapat menjadi sebuah destinasi wisata itu sendiri ketika para wisatawan diharuskan menunggu di bandara Arsitektur bandara Jenderal Soedirman harus dapat mengakomodasi pengguna pada kapasitas rendah dan memiliki kemampuan untuk terus bertumbuh. Dari rumusan masalah yang telah di bahas dan analisa mengenai konteks tapak dan wilayah, menuntut Bandara Jenderal Soedirman untuk dapat mengakomodasi kebutuhan maskapai, citra kota, pelaku usaha, dan kenyamanan penggunannya sehingga Bandara Jenderal Besar Soedirman akan mengangkat konsep ‘Destination Aiport’. Yaitu sebuah bandara yang menjadi salah satu tujuan wisata dan tempat terjadinya banyak aktivitas di dalamnya. Sehingga keberlanjutan usaha bandara selalu berkembang dan sebuah kota mendapatkan landmark-nya, maskapai penerbangan mendapatkan lebih banyak pelanggan, dan penumpang mendapatkan hiburan dan kenyamanan ketika berada di bandara ini.

Public spaces that are truly public or those owned by certain entities (private owned public spaces/POPS) arise from the community's need for activities outside their private property. In the transportation sector, public space exists to gather people who want to access certain vehicles such as bus stops, terminals, stations, ports and airports. In its development, public space is getting richer in facilities for the activities it covers. There has been a shift, addition and integration of functions in various forms of airport public spaces. Often referred to as the 'hallmark building' in the 21st century, which has succeeded in increasing the massive movement of people and goods. General Sudirman Airport is planned as a domestic airport with a hierarchy as a spoke airport located in a city which is the center of the distribution of local activities and has a runway classification of 3C. This airport will be used for government and business purposes as well as acting as a node, economic gateway, transfer of transportation modes and insight into the archipelago. If the airport can respond to the cultural context, one of which is using the architectural approach of the Nusantara Architecture, it is hoped that the airport has an image that is able to introduce tourists to the area they will visit. The airport needs to consider how the airport can become a tourist destination itself when tourists are required to wait at the airport. General Sudirman airport architecture must be able to accommodate users at low capacity and have the ability to continue to grow. From the formulation of the problems that have been discussed and analysis of the context of the site and region, General Sudirman Airport demands to be able to accommodate the needs of airlines, city image, business actors, and user convenience so that General Sudirman Airport will adopt the concept of 'Destination Airport'. That is an airport which is one of the tourist destinations and the place where there is a lot of activity in it. So that the sustainability of the airport's business is always growing and a city gets its landmark, airlines get more customers, and passengers get entertainment and comfort while at this airport.

Kata Kunci : Bandara Jenderal Soedirman, Arsitektur Nusantara, Destination Airport, General Sudirman Airport, Nusantara Architecture

  1. S1-2022-384780-abstract.pdf  
  2. S1-2022-384780-bibliography.pdf  
  3. S1-2022-384780-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2022-384780-title.pdf