Laporkan Masalah

PUSAT REHABILITASI DEPRESI BERBASIS TERAPI MUSIK DI KOTA CIREBON DENGAN PENDEKATAN OPPOSITE INTEGRATED DESIGN

HAWA ZANDI LAKSONO, Dr. Eng. Agus Hariyadi, S.T., M.Sc.

2022 | Skripsi | S1 ARSITEKTUR

World Health Organzation (WHO) pada tahun 2019 menyatakan bahwa depresi adalah jenis gangguan jiwa yang paling banyak terjadi di seluruh dunia. Terjadi peningkatan Disability Adjusted Life Year (DALYs) atau tahun hidup dengan keadaan sehat yang hilang secara global sebesar 61 % dalam tiga dekade terahkir akibat depresi. Artinya jumlah penderita salah satu jenis gangguan jiwa ini telah mengalami peningkatan secara signifikan. Fenomena tersebut juga terdeteksi di Indonesia khususnya Kota Cirebon. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) oleh Kementrian Kesehatan RI menunjukan peningkatan prevalensi depresi di Kota Cirebon sebesar 4,11% dalam kurun waktu 2013-2018. Data dari Dinas Kesehatan Kota Cirebon sendiri menunjukan adanya peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa berat sebesar 229 jiwa sejak tahun 2020 hingga 2021. Hal tersebut menunjukan depresi menjadi masalah yang harus segera ditangani di Kota Cirebon. Pada kenyataannya Kota Cirebon belum memiliki fasilitas kesehatan jiwa khususnya depresi, seperti pusat rehabilitasi. Padahal berdasarkan pasal 55 UU No. 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa, pengadaan pusat rehabilitasi merupakan tanggung jawab setiap pemerintah kabupaten/kota. Fasilitas pelayanan rehabilitasi jiwa sendiri memiliki permasalahan yang melekat baik pada para pasiennya maupun bangunannya yakni stigma negatif masyarakat. Stigma tersebut muncul karena adanya kepercayaan bahwa gangguan jiwa disebabkan intervensi hal mistis sehingga hanya dapat disembuhkan dengan metode spiritual. Bersebrangan dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Etika et al pada tahun 2013 menunjukan bahwa terapi musik lebih efektif dalam menurunkan tingkat depresi daripada terapi spiritual. Sehingga perubahan basis ke terapi musik dapat menjadi langkah untuk menghilangkan stigma negatif masyarakat. Selain itu, bangunan rehabilitasi jiwa yang tertutup menimbulkan spekulasi masyarakat akibat tidak terlihatnya aktivitas di dalam bangunan. Integrasi ruang luar dan dalam lingkungan binaan seperti memberi Privately Owned Public Spaces (POPS) dapat menimbulkan interaksi masyarakat dengan bangunan rehabilitasi. Di sisi lain, Peraturan Menteri Kesehatan No.54 Tahun 2017 Tentang Penanggulangan Pemasungan pada Orang Dengan Gangguan Jiwa mengatur bahwa pusat rehabilitasi harus menjamin privasi pasiennya baik dalam segi administrasi maupun arsitektur bangunannya. Sehingga pendekatan Opposite Integrated Design dipilih untuk menyediakan bangunan yang menintegrasikan berbagai hal yang bersebrangan dalam membentuk satuan yang komprehensif di dalam suatu lingkungan binaan. Implementasi pendekatan ini termasuk didalamnya penataan zonasi, hubungan ruang, fasad bangunan, analisis tapak, hingga elemen landscaping untuk menyamarkan batasan antara lingkungan luar dan dalam. Pusat rehabilitasi depresi berbasis terapi musik ini diharapkan dapat menjadi fasilitas pelayanan kesehatan jiwa di Kota Cirebon yang turut menghilangkan stigma negatif masyarakat terhadap isu kesehatan mental.

World Health Organization (WHO) in 2019 stated that depression was the most common type of mental disorder worldwide. There has been an increase in Disability Adjusted Life Years (DALYs) or years lost of living in good health globally by 61% in the last three decades due to depression. This means that the number of sufferers of this type of mental disorder has increased significantly. This phenomenon was also detected in Indonesia, especially the city of Cirebon. The results of the Basic Health Research (Riskesdas) by the Indonesian Ministry of Health showed an increase in the prevalence of depression in Cirebon City by 4.11% in the 2013-2018 period. Data from the Cirebon City Health Office itself shows an increase in the number of people with severe mental disorders by 229 people from 2020 to 2021. This shows depression is a problem that must be addressed in Cirebon City. In fact, Cirebon City does not yet have mental health facilities, especially depre ssion, such as a rehabilitation center. Whereas based on UU No. 18 Tahun 2014 concerning Mental Health, the procurement of a rehabilitation center is the responsibility of every district/city government. The mental rehabilitation service facility itself has problems attached to both the patients and the building, namely the negative stigma of society. This stigma arises because of the belief that mental disorders are caused by mystical interventions so that they can only be cured by spiritual methods. In contrast to this, research conducted by Etika et al in 2013 showed that music therapy was more effective in reducing depression levels than spiritual therapy. So that changing the basis to music therapy can be a step to eliminate the negative stigma of society. In addition, the closed mental rehabilitation building has caused public speculation due to the invisible activity inside the building. The integration of outdoor space and in the built environment such as providing Privately Owned Public Spaces (POPS) can lead to community interaction with rehabilitation buildings. On the other hand, Regulation of the Minister of Health No. 54 of 2017 concerning Handling Detention for People with Mental Disorders stipulates that rehabilitation centers must ensure the privacy of their patients, both in terms of administration and the architecture of the building. So that the Opposite Integrated Design approach was chosen to provide buildings that integrate various opposites in forming a comprehensive unit in a built environment. The implementation of this approach includes zoning arrangements, spatial relations, building facades, site analysis, to landscaping elements to disguise the boundaries between the outside and inside environment. This music therapy-based depression rehabilitation center is expected to become a mental health service facility in the city of Cirebon which helps to eliminate the negative stigma of society towards mental health issues.

Kata Kunci : Depresi, Pusat Rehabilitasi, Opposite Integrated Design

  1. S1-2022-424907-abstract.pdf  
  2. S1-2022-424907-bibliography.pdf  
  3. S1-2022-424907-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2022-424907-title.pdf