TREND PERNIKAHAN DINI PADA REMAJA PEREMPUAN SAAT PANDEMI COVID-19 DI DESA OBEL-OBEL KECAMATAN SAMBELIA LOMBOK TIMUR
TANTI HARISA QUR'ANI, Dr. Atik Triratnawati, M.A.
2022 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYAFenomena pernikahan dini memang bukan suatu hal yang baru. Pada masa pandemi COVID-19 seperti sekarang ini tingkat pernikahan dini yang terjadi dua kali lipat meningkat dari kondisi yang biasanya di Lombok Timur. Kabupaten Lombok Timur khususnya di Desa Obel-obel tempat penelitian ini terlaksana, anak-anak yang masih di bawah umur sudah melangsungkan pernikahan dini. Studi ini bermaksud untuk mengetahui apa yang menjadi faktor utama para pasangan muda ini melangsungkan pernikahan dini, untuk mengetahui dampak yang terjadi akibat pernikahan dini tersebut, serta bagaimana pemaknaan pernikahan dini yang diberikan oleh masyarakat Obel-obel. Penelitian ini menggunakan metode etnografi, observasi partisipan, dan wawancara mendalam. Peneliti langsung terlibat di lapangan pada Mei 2022. Dalam menemukan data, peneliti melibatkan 12 informan yang terdiri dari delapan perempuan pelaku pernikahan dini sebagai informan inti dan empat informan pendukung yang terdiri dari orang tua pelaku pernikahan dini, kepala desa, kepala dusun, dan guru. Adapun temuan dalam penelitian ini adalah pertama adanya faktor yang melatarbelakangi pernikahan dini terjadi antaranya pergaualan bebas, lingkungan, tradisi, dukungan orang tua dan ditambahnya dengan faktor bosan belajar daring karena kebijakan dari pemerintah saat COVID-19 merupakan faktor penyebabnya terjadi pernikahan dini dua kali lipat di Obel-obel. Kedua, pemaknaan pernikahan dini yang ada di masyarakat tentunya ada yang positif dan negatif. Pandangan positif berangkat dari orang tua dan perempuan pelaku pernikahan dini karena pernikahan dini dijadikan sebagai solusi atas masalah yang ada, lalu pandangan positif berasal dari tokoh masyarakat yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi memaknai pernikahan dini sebagai sesuatu yang belum wajar untuk dilakukan oleh remaja yang masih di bawah umur. Ketiga, dampak yang terjadi di pernikahan dini sangat merugikan pihak perempuan terutama dalam hal kesehatan reproduksi. Dalam penelitian ini mendapatkan dampak pernikahan dini yang terjadi di lapangan di antaranya, putusnya pendidikan pada pelaku nikah dini, adanya perceraian karena emosi dari kedua pihak belum matang secara psikologi, keberlanjutan kemiskinan karena pelaku pernikahan dini masih bergantung terhadap orang tua, sehingga orang tua masih menanggung keperluan anaknya. Serta kesehatan ibu dan bayi yang menjadi dampak paling terlihat dalam pernikahan dini, karena perempuan yang mengandung pada usia di bawah 20 tahun sangat berisiko bagi kesehatan janin.
The phenomenon of early marriage is not a new thing. During the current COVID-19 pandemic, the rate of early marriage that occurs has doubled from the usual conditions in East Lombok. East Lombok Regency, especially in Obel-obel Village where this research was carried out, children who are still underage have married early. This study intends to find out what are the main factors for these young couples to get married early, to find out the impact that occurs due to early marriage, and how the meaning of early marriage is given by the Obel-obel community. This study used ethnographic methods, participant observation, and in-depth interviews. Researchers were directly involved in the field in May 2022. In finding data, researchers involved 12 informants consisting of eight women who were involved in early marriage as core informants and four supporting informants consisting of parents of perpetrators of early marriage, village heads, hamlet heads, and teachers. The findings in this study are firstly the factors behind early marriages including free association, environment, tradition, parental support and added to the boredom factor of online learning because of government policies when COVID-19 was a factor that caused early marriages to occur doubled in Indonesia. Obel-obel. Second, there are positive and negative meanings of early marriage in society. A positive view departs from parents and women who do early marriage because early marriage is used as a solution to existing problems, then a positive view comes from community leaders who have higher education interpreting early marriage as something that is not natural for teenagers who are still in the community. underage. Third, the impact that occurs in early marriage is very detrimental to women, especially in terms of reproductive health. In this study, the impact of early marriage that occurs in the field includes discontinuation education for early marriage actors, divorce because the emotions of both parties are not psychologically mature, poverty sustainability because early marriage actors still depend on their parents, so parents still bear the burden. her child's needs. As well as the health of the mother and baby, which is the most visible impact in early marriage, because women who are pregnant under the age of 20 are very at risk for the health of the fetus.
Kata Kunci : Pernikahan Dini, Tradisi, Dampak, Pemaknaan.