Laporkan Masalah

DAMPAK PARIWISATA TERHADAP REORIENTASI NILAI-BUDAYA DAN PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN: STUDI KASUS DI DESA SEMBUNGAN, KECAMATAN KEJAJAR, KABUPATEN WONOSOBO

AKHMAD KHANIF, Prof. Dr. Bambang Hudayana, MA.

2022 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYA

Pariwisata telah semakin dilirik sebagai strategi pembangunan desa di Indonesia, tak terkecuali di desa Sembungan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Masyarakat di sana yang sebelumnya sangat erat mempraktikkan produksi pertanian, yang telah mengantarkan mereka pada kejayaan, lambat laun mengalihkan praktik ekonominya pada sektor pariwisata, yang dapat dikatakan memiliki karakteristik yang sangat berbeda. Studi ini bertujuan untuk mengungkapkan alasan di balik warga Sembungan telah mulai dan masih melakukan perubahan-perubahan orientasi ekonomi pada sektor pariwisata. Penelitian ini ingin menjawab pertanyaan terkait potret perubahan mata pencaharian masyarakat desa Sembungan pasca perkembangan pariwisata dan perubahan dalam menegosiasikan orientasi nilai-budaya sebagai pedoman dalam menentukan pilihan. Metode penelitian yang dilakukan melalui wawancara mendalam, small discussion, dan observasi lapangan di desa Sembungan. Wawancara melibatkan 9 orang informan baik yang terjun langsung ataupun tidak langsung dalam dunia pariwisata. Pengambilan data dilakukan pada tahun 2021. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif naratif yang berfokus pada cerita, narasi atau deskripsi tentang suatu peristiwa yang terkait dengan pengalaman manusia. Analisis dilakukan dengan kerangka dari Creswell, melalui tahapan pencatatan seluruh temuan, melakukan transkrip wawancara, mengkategorisasikan data, melakukan pengkodean, mendeskripsikan data dan melakukan analisis dengan interpretasi berdasarkan landasan teori. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ledakan ekonomi pariwisata di Sembungan akhirnya telah membawa perubahan mata pencaharian yang kompleks. Adaptasi masyarakat ditandai dengan diversifikasi mata pencaharian baru dari sektor pariwisata, di sisi lain masyarakat di sana masih mempraktikkan produksi kentang sebagai identitas orang-orang di pegunungan Dieng. Perubahan yang terjadi di sana nampaknya merupakan bentuk tanggapan atas keterbatasan hidup yang selama ini dialami, terutama setelah penurunan produktivitas pertanian. Kini, dengan keterjangkauan melalui pembangunan pariwisata, masyarakat menjadi semakin terbuka dan mengejar keterbelakangan dengan menjadikan ruang hidup mereka menyesuaikan dengan perkembangan modern. Perubahan di sana bukan merupakan suatu dampak dari modernisasi akibat pariwisata, namun sebagai tanggapan dan keterlibatan aktif dari masyarakat yang menginginkan perubahan. Setidaknya ada beberapa alasan mengapa masyarakat mulai dan masih mengubah orientasi mereka atas latar belakang geo-ekonominya. Nampaknya orang-orang di sana semakin membuka peluang-peluang ekonomi baru seiring dengan perubahan itu. Masyarakat di sana berpedoman pada orientasi nilai-budaya yang lebih beragam setelah adanya peluangpeluang ekonomi baru. Padahal masyarakat pertanian yang umum di Indonesia pada mulanya memiliki orientasi nilai-budaya yang seragam sebagai pedoman hidup. Perbedaan pedoman antar kelompok masyarakat di sana bisa jadi disebabkan oleh timbal balik antara mata pencaharian dan orientasi nilai-budaya yang mereka miliki. Orientasi-orientasi baru yang mereka pilih itu, dianggap menguntungkan yang ditopang oleh angan-angan kekayaan untuk mencapai kesejahteraan.

Tourism has been increasingly seen as a village development strategy in Indonesia, including Sembungan Village, Kejajar District, Wonosobo Regency. The people there who previously practiced agricultural production on a daily basis, which had led them to success, have gradually shifted their economic activities to the tourism sector, which can be said to have completely different characteristics. This study aims to reveal the reasons behind the people of Sembungan having started and are still making changes to the economic orientation of the tourism sector. This study wants to answer questions related to the portrait of changes in the livelihoods of the Sembungan village community after the development of tourism and changes in negotiating cultural-value orientations as a guide in making choices. The research method was carried out through in-depth interviews, small discussions, and direct observations in Sembungan village. The interview involved 9 informants, who either directly or indirectly are involved in the field of tourism. Data collection was carried out in 2021. The study used a qualitative narrative approach that focused on stories, narratives or descriptions of an event related to human experience. The analysis was carried out using Creswell's framework, through the recording of all findings, interview transcription, categorizing data, coding, describing data and conducting analysis through interpretations based on theoretical foundations. The results of this study indicate that the development in the tourism economy in Sembungan has finally brought complex livelihood changes. The adaptation of the community is marked by the diversification of new livelihoods from the tourism sector, on the other hand the people there still practice potato plantation as the identity of the people in the Dieng mountains. The changes that occurred there seemed to be a response to the limitations of life that had been experienced, especially after the decline in agricultural productivity. Now, with affordability through tourism development, people are becoming more open and pursuing underdevelopment by adapting their living space to modern developments. The changes there are not an impact of modernization due to tourism, but as a response and active involvement of the people who want changes. There are at least some reasons why people started and are still changing their orientation based on their geo-economic backgrounds. It seems that the people there are increasingly opening up new economic opportunities along with these changes. The people there are guided by a more diverse cultural-value orientation after new economic opportunities. Whereas the general agricultural-based community in Indonesia initially shared a common cultural value orientation as a way of life. Differences in guidelines between community groups could be caused by the reciprocity between their livelihoods and cultural value orientations. The new orientations they choose are considered profitable, supported by the wish to achieve prosperity.

Kata Kunci : Pariwisata, Perubahan Mata Pencaharian, Orientasi Nilai-Budaya, Desa Sembungan