Implementasi Jurnalisme Inklusif di Media Alternatif (Studi Kasus Ruang Redaksi Project Multatuli pada Mei 2021-April 2022)
YOGAMA WISNU O, Zainuddin Muda Z. Monggilo, S.I.Kom., M.A.
2022 | Skripsi | S1 ILMU KOMUNIKASISalah satu dampak konglomerasi media di Indonesia adalah berkembangnya jurnalisme inklusif, yaitu konsep jurnalisme yang mencita-citakan keragaman dan kesetaraan. Meski begitu, praktiknya di Indonesia masih langka. Media belum berusaha berpihak pada kelompok masyarakat yang dipinggirkan dalam pemberitaan. Sementara itu, terdapat media yang secara eksplisit menyatakan keberpihakannya terhadap publik dengan menyuarakan kelompok marginal, yaitu Project Multatuli. Namun di satu sisi, publik tetap perlu mengetahui kesungguhan ruang redaksi Project Multatuli dalam mengimplementasikan jurnalisme inklusif. Untuk itu, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Model Hierarki Pengaruh Media oleh Shoemaker dan Reese, serta melalui pendekatan kualitatif dan metode studi kasus. Hasilnya, Project Multatuli sudah memiliki semangat yang sejalan dengan konsep jurnalisme inklusif. Namun, mereka belum mengimplementasikan sepenuhnya di ruang redaksi. Level individu berperan paling dominan dalam mempraktikkan jurnalisme inklusif. Sementara sebagian aspek pada level rutinitas media masih belum sejalan dengan nilai-nilai inklusi. Begitu pula level organisasi yang sebagian besar belum mengimplementasikan jurnalisme inklusif. Oleh karena itu, Project Multatuli masih memiliki beberapa pekerjaan rumah jika ingin sungguh-sungguh mengimplementasikan jurnalisme inklusif.
One of the consequences of media conglomeration in Indonesia is the growth of inclusive journalism, namely the concept of journalism that strives for diversity and equality. Nonetheless, the practice is still uncommon in Indonesia. In its reporting, the media has not attempted to side with marginalized community groups. Meanwhile, Project Multatuli is a media outlet that explicitly takes the public's side by voicing marginalized groups. However, on the other hand, the public still needs to know the seriousness of Project Multatuli's editorial room in implementing inclusive journalism. For this reason, this research was conducted using the Media Influence Hierarchy Model by Shoemaker and Reese, as well as a qualitative approach and case study methods. As a result, the ethos of Project Multatuli was already in harmony with the concept of inclusive journalism. However, they have not fully implemented it in the newsroom. Individuals were the most influential in practicing inclusive journalism. Meanwhile, several components of media practice remained inconsistent with the inclusion values. Similarly, the majority of organizational levels have not implemented inclusive journalism. Therefore, Project Multatuli still has work to do if it wants to truly implement inclusive journalism.
Kata Kunci : jurnalisme inklusif, media alternatif, ruang redaksi, Project Multatuli