PERTUMBUHAN JATI DAN KESUBURAN LAHAN TUMPANG SARI SETELAH PEMANENAN TANAMAN PERTANIAN (Studi Kasus di Petak 75 D, dan 75E, RPH Ngareanak, BKPH Boja, KPH Kendal)
I GEDE WIPRADA PASUPATI, Dr. Ir. H. Moch. Sambas Sabarnurdin, M. Sc.
2006 | Skripsi | S1 KEHUTANANPertumbuhan jati dipengaruhi oleh kesuburan lahan lokasi penanaman sedangkan kesuburan lahan dipengaruhi oleh lingkungan, pengolahan lahan, dan vegetasi yang tumbuh di atasnya. Pola tanam tumpangsari memadukan tanaman pokok kehutanan dengan tanaman pertanian pada saat bersamaan di atas satu lahan yang sama. Pola tanam tumpangsari memungkinkan terjadinya pengurasan hara, sebagai akibat kegiatan pemanenan tanaman pertanian, sehingga kesuburan lahan akan menurun. Studi ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kesuburan lahan pada masing-masing tipe penggunaan lahan. Lokasi pengambilan sampel adalah petak uji silvikultur intensifRPH Ngareanak, BKPH Boja, KPH Kendal. Studi ini dilakukan dengan membuat plot sampel pada masing-masing jenis tanaman pertanian, yaitu lahan bengkoang, jagung, dan padi, dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap Berblok (RALB). Pengambilan sampel dilaksanakan setelah kegiatan pemanenan tanaman pertanian. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan tanaman jati umur 4 bulan dan kesuburan lahan. Pertumbuhan jati yang diamati adalah tinggi, diameter, jumlah daun, dan luas permukaan daun. Parameter kesuburan tanah yang diamati adalah Kadar Lengas (KL), Berat Volum (BV), tingkat keasaman (PH), kandungan C-organik total, dan kandungan N-tersedia. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada KL dan pH, setelah kegiatan pemanenan tanaman pertanian. Kecenderungan perbedaan terdapat pada parameter BV, kandungan C-Organik, dan kandungan Ntersedia. Kadar Lengas pada lahan yang ditanami jagung 29,34 % diikuti oleh bengkoang (28,16 %) dan padi (27,89). Meskipun kandungan C-organik total dan N-tersedia paling tinggi pada lahan padi (25,06 tonIHa dan 590,02 kgIHa), akan tetapi pertumbuhan jati paling baik terdapat pada lahan bengkoang yang memiliki Kadar Lengas paling mendekati netral (5,29), jati pada laban bengkoang memiliki tinggi 75,29 em; diameter 1,92 em; jumlah daun 12 lembar/pohon, dan luas permukaan 1288,58 em2 . Hal ini menunjukkan pH tanah lebih berpengaruhi bagi pertumbuhan jati pada petak 75D, dan 75E dibandingkan dengan KL, BV, kandungan C-Organik tanah, dan N-Tersedia tanah.
Teak growth was affict by soils fertility where the teak was grown. Soils fertility was affect by the environment, land management, and vegetation that grow above it. Tumpangsari (I'aungya) combine trees and crop in one place at the same time, to produce wood andfood at the same time. This practice can decrease soil fertility rapidly trough cultivating activity, and in the future can decrease land productivity. The study intends to know the effect ofcrop type to soil fertility and teak growth. The information will be useful to the land manager. The study begin by plotting the land according to crop type, there is three type ofland use, teak grow with bengkuang, teak grow with corn, and with paddy. Soil fertility and teak growth is observed then. Soil fertility parameter include water content, bulk density, pH, C-Organic, and Available N teak growth measured is height, diameter, number ofleaves, and leafsurface area. Soilsfertility was significantly different among the land use. Corn field has the highest water content (29.34 %) and lowest bulk density (0.66 g/cm3 ). Rice field has the highest C-Organic (25.06 tons/Ha) and Available N (590.02 kg/Ha). Bengkuangfield pH was (5.92). Although the rice field has the highest C-Organic and Available N, nevertheless the best teak was grown on the bengkuang field which has the most neutral pH, 4 month teak has grew up to 75.5 cm; with diameter of1.92 cm; leafnumber was 12leafltree; and leafsurface area reached 1288.58 cm 2 • This means the growth of teak at block 75D, and 75E mostly afficted by the pH
Kata Kunci : Kesuburan Lahan, Pertumbuhan Jati, Tumpangsari