PERSEPSI DAN ASPIRASI MASYARAKAT DESA PENYANGGA TERHADAP GANGGUAN MONYET EKOR PANJANG DI RESORT MUSUK CEPOGO TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI

GIAN A SARAGIH, Dr. Ir. Lies Rahayu Wijayanti Faida M.P

2022 | Skripsi | S1 KEHUTANAN

Taman Nasional Gunung Merapi merupakan habitat dari monyet ekor panjang (macaca fasculiaris). Semenjak terjadi erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010, monyet ekor panjang turun ke arah pemukiman masyarakat dan sering terjadi konflik antara monyet dengan masyarakat. Lokasi penelitian adalah Desa Sangup dan Desa Mriyan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tipe dan karakteristik konflik antara masyarakat dengan monyet ekor panjang, mengetahui persepsi dan aspirasi masyarakat dalam menghadapi gangguan konflik dengan monyet ekor panjang, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan persepsi dan aspirasi masyarakat. Metode pengumpulan data dengan menggunakan wawancara terpandu. Sampel ditentukan dengan metode Stratified Random Sampling dengan jumlah 100 orang. Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Tipe konflik yang terjadi pada Desa Mriyan yaitu serangan fisik dan perusakan kebun, dan pada Desa Sangup terjadi perusakan kebun. Pola serangan monyet yaitu secara berkelompok dengan waktu serangan terbanyak pada siang hari. Persepsi masyarakat terhadap monyet pada Desa Mriyan dan Desa Sangup adalah negatif. Aspirasi masyarakat dari kedua desa yaitu masyarakat berharap konflik dengan monyet ekor panjang dapat segera berakhir. Persepsi masyarakat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dimana 3% masyarakat dengan pendidikan tinggi memiliki persepsi positif dan 97% masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah memiliki persepsi negatif. Diperlukan campur tangan pengelola kawasan untuk dapat menyelesaikan konflik seperti menanam tanaman pakan monyet sehingga intensitas gangguan monyet di lahan masyarakat dapat berkurang.

Mount Merapi National Park is the habitat of the long-tailed monkey (Macaca fasculiaris). Since the eruption of Mount Merapi in 2010, long-tailed monkeys descended into community settlements and there were frequent conflicts between monkeys and the community. The research locations are Sangup Village and Mriyan Village. The purpose of this study was to identify the types and characteristics of conflict between the community and the long-tailed monkey, to identify the community's perceptions and aspirations in dealing with long-tailed monkeys conflict, and to identify the factors that influence differences in perceptions and community aspirations. Methods of data collection using guided interviews. The sample was determined by the Stratified Random Sampling method with a total of 100 people. Data analysis was carried out in a quantitative descriptive method. The types of conflict that occurred in Mriyan Village were physical attacks and destruction of fields, and in Sangup Village there was destructions of field. Monkey attack pattern is in groups with the most attack time during the day. Community perception of monkeys in Mriyan Village and Sangup Village are negative. The aspirations of the people from the two villages are that the community hopes that the conflict with the long-tailed monkey will end soon. Public perception is influenced by education level where 3% of local communities with higher education have positive perceptions and 97% of local communities with low education levels have negative perceptions. The intervention of area manager is needed to be able to resolve conflicts such as to plant monkey food plants so that the intensity of monkey disturbances on community land can be reduced.

Kata Kunci : Aspirasi, Persepsi Masyarakat, Monyet Ekor Panjang, Taman Nasional Gunung Merapi