Laporkan Masalah

PEMETAAN DAN VERIFIKASI LAHAN GARAPAN TEBU DI WILAYAH HUTAN WENGKON DESA (HWD) GETAS KHDTK UGM

RIFQI RAMDANI SULISTIYANTO, Dr. Wahyu Wardhana, S.Hut., M.Sc

2022 | Skripsi | S1 KEHUTANAN

Pemanfaatan lahan merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh KHDTK UGM dalam mewujudkan tujuannya. Salah satu bentuk pemanfaatan lahan yang terjadi di KHDTK UGM, khususnya HWD Getas adalah lahan garapan tebu. Verifikasi lahan garapan tebu diperlukan untuk memperoleh informasi berupa luas lahan garapan, sebaran spasial lahan garapan, serta jaringan sosial yang terjadi antar penggarap lahan untuk mendukung terciptanya tujuan KHDTK UGM. Pemetaan kolaboratif dan disertai wawancara merupakan cara yang tepat untuk penelitian ini. Identifikasi lahan budidaya tebu dilakukan dengan snowball sampling dengan bantuan daftar penggarap lahan tebu yang telah didata sebelumnya oleh pengelola KHDTK UGM sebagai informasi awal. Pemetaan menggunakan GNSS dan wawancara terhadap penggarap lahan dan pengelola KHDTK UGM dinilai sebagai metode yang tepat untuk melakukan verifikasi lahan budidaya tebu. Dilakukan analisis luas lahan garapan dan pola untuk mengetahui pola persebaran spasial serta pola jaringan sosial yang terjadi. Standar deviasi dari hasil pengukuran menunjukan nilai <1 yang berarti bahwa, data posisi lahan garapan tebu tidak menunjukan banyak perubahan. Hasil ini juga telah diverifikasi. Didapatkan 39 penggarap lahan tebu, saudara Yusuf menggarap lahan dengan total luasan terbesar yakni 5,301 ha. Sebagian besar lahan garapan tebu mengumpul pada petak 47, 48, dan 49. Faktor yang mempengaruhi sebaran lahan garapan tebu di HWD Getas merupakan jarak lahan dari tempat tinggal penggarap lahan, mudahnya akses keluar masuk lahan, dan jarak lahan garapan anggota jaringan sosial dengan lahan garapan pusat jaringan sosial.

Land use is one of the problems faced by KHDTK UGM in realizing its goals. One form of land use that occurs at KHDTK UGM, especially HWD Getas is sugarcane cultivation land. Verification of sugarcane cultivation land is needed to obtain information in the form of arable land area, spatial distribution of arable land, and social networks that occur between land cultivators to support the objective of UGM KHDTK. Collaborative mapping and accompanied by interviews is the right way for this research. The identification of sugarcane cultivation land was carried out by snowball sampling with the help of a list of sugarcane cultivators that had been previously recorded by the KHDTK UGM manager as initial information. Mapping using GNSS and interviews with land cultivators and KHDTK UGM managers are considered the right method to verify sugarcane cultivation land. An analysis of the area of cultivation land and patterns was carried out to determine the spatial distribution pattern and the pattern of social networks that occurred. The standard deviation of the measurement results shows a value of <1 which means that the position data of sugarcane arable land does not show much change. This result has also been verified. There were 39 cultivators of sugar cane land, Yusuf's worked on the land with the largest total area of 5,301 ha. Most of the sugarcane arable lands are clustered in plots 47, 48, and 49. Factors that affect the distribution of sugarcane cultivated land in HWD Getas are the distance of land from the residence of the land cultivators, easy access to and from the land, and distance the arable land of members of the social network with the arable land of the center of the social network.

Kata Kunci : GNSS PPK, Pemetaan Kolaboratif, Jaringan Sosial