PENGARUH LOKASI TEMPAT TUMBUH DAN JENIS BAMBU TERHADAP SIFAT PENGERJAAN BAMBU SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN KERAJINAN
Ivan Andita Frediantoro, Ir. Kasmudjo,M.S
2005 | Skripsi | S1 KEHUTANANPerkembangan industri yang maju membawa dampak terhadap persediaan bahan baku yang semakin berkurang, sehingga penggunaannya harus efektif, efisien, dan bernilai tinggi. Ketidakseimbangan antara pasokan bahan baku dengan kapasitas produksi akan berdampak pada ketidaklancaran proses produksi di industri kayu termasuk industri mebel dan kerajinan. Bahan baku yang dinilai mampu menggantikan kayu sebagai bahan baku mebel dan kerajinan adalah bambu karena sifatnya yang mirip kayu. Pengetahuan sifat dasar bambu yang harus diketahui sebelum digunakan untuk bahan mebel dan kerajinan adalah sifat pengerjaan bambu. Dengan mengetahui sifat pengerjaan bambu sebagai bahan mebel dan kerajinan maka dapat dihasilkan produk mebel dan kerajinan yang berkualitas dengan kerugian-kerugian yang minimal. Tujuan peneJitian ini adalah mengetahui pengaruh perbedaan lokasi tempat tumbuh dan jenis bambu serta interaksi keduanya terhadap sifat pengerjaan bambu sebagai bahan mebel dan kerajinan. Penelitian ini menggunakan dua faktor yaitu lokasi tempat tumbuh (Pundong 45 mdpl, Depok 175 m dpl dan Cangkringan 500 m dpl) dan jenis bambu (tutul, wulung, dan ori) serta menggunakan rancangan peneJitian CRD (Complete Randomized Design). Bambu yang telah di potong sesuai ukurannya di uji sesuai parameter. Hasilnya dianalisis secara faktorial untuk dua faktor dan dilanjutkan dengan uji LSD. Berdasarkan penelitian diperoleh rata-rata cacat penggergajian bambu dari berbagai lokasi tempat tumbuh dan jenis sebesar 59,91 %, pengeboran 55,71 %, pengampelasan 0,64 %, pengetaman 4,87 %, dan pembubutan 9,88 %. Dengan demikian bambu mempunyai rata-rata total cacat pengerjaan 26,20 % termasuk kelas pengerjaan I-IV. Perbedaan lokasi tempat tumbuh terbukti dapat memberikan perbedaan pada sebagian sifat pengerjaan, yaitu pada penggergajian, pengeboran, dan pengampelasan. Perbedaan jenis bambu terbukti dapat memberikan perbedaan pada sebagian sifat pengerjaan, yaitu pada penggergajian, pengampelasan, pengetaman, dan pembubutan. Rata-rata berat jenis bambu 0,54 termasuk kelompok menengah (kelas kuat III), penyusutan volumetrik 16,60 % termasuk besar, dan kekerasan 362,37 Kg/cm2 termasuk keras. Bambu ori dapat dipakai sebagai bahan kerajinan bubutan, ukiran, hiasan dinding, dan mebel terutama yang berasal dari lokasi Cangkringan. Bambu tutul dapat dipakai sebagai bahan kerajinan hiasan dinding dan mebel terutama yang berasal dari lokasi Depok. Bambu wulung kurang memadai untuk bahan kerajinan dan mebel terutama yang berasal dari lokasi Pundong.
Kata Kunci : Bambu, Sifat Pengerjaan, Kelas Pengerjaan