Laporkan Masalah

THE ROLE OF THE MUHAMMADIYAH ENVIRONMENTAL COUNCIL IN ENCOURAGING EQUITABLE RESOURCE AND ENVIRONMENTAL GOVERNANCE IN INDONESIA

HENDY SETIAWAN, Nanang Indra Kurniawan, S.IP., M.P.A., Ph.D

2022 | Tesis | MAGISTER POLITIK DAN PEMERINTAHAN

Saat ini krisis lingkungan menjadi ancaman global yang mengancam siapa saja tidak terkecuali. Sejak 1950-an krisis ini telah mulai didengungkan hingga tahun 1970-an muncul wacana pembangunan berkelanjutan (SDG's). Konsep pembangunan SDG's ini pada dasarnya sangat potensial dalam merespon isu krisis lingkungan. Namun, akibat perbedaan kepentingan antara negara-negara maju dan berkembang, menyebabkan wacana ini sulit diwujudkan. Pembangunan cenderung timpang, dan pertumbuhan ekonomi menjadi panglima dalam pembangunan. Akibatnya konsep ini dinilai tidak terlalu signifikan mencegah kerusakan lingkungan. Oleh karena itu muncul pemikiran baru yang mencoba melibatkan spiritualitas agama dalam mengintervensi krisis ini. Lahirlah pendekatan baru yakni ecotheology yang digunakan dalam organisasi keagamaan seperti halnya Muhamamdiyah melalui lembaganya yang bernama MLH. Adapun metode yang digunakan dalam mencapai tujuan penelitian ini maka digunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Alasan dipilihnya metode ini yakni dengan metode kualitatif dapat menjelaskan diskursus ecotheology. Data yang dikumpulkan melalui wawancara, dokumentasi, dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemikiran ecotheology MLH mengalami lintasan yang sangat panjang. Hal ini dapat dilacak pada awal kelahiran Muhammadiyah 1912 sejak abab pertamanya isu lingkungan belum mendapatkan ruang yang cukup. Namun, dalam waktu tersebut perhatian isu lingkungan justru tumbuh subur dikalangan dunia ksawadayaan. Dalam perjalannya khususnya di abad kedua Muhamamdiyah melalui MLH mencoba untuk ikut ambil bagian dalam mengatasi krisis lingkungan. Walaupun memang sedikit terlambat, jutru ada penguatan peran MLH dalam merespon krisis ini. Hal ini menunjukkan bahwa teologi Al-Ama'un Muhammadiyah baru menemukan relevansinya dalam merespon krisis lingkungan dibeberapa tahun terakhir. Oleh karenanya dalam konteks krisis lingkungan ini maka teologi Al-Ma'un perlu diinterpretasikan kembali yang lebih luas.

Currently, the environmental crisis has become a global threat that threatens everyone, no exception. Since the 1950s this crisis has begun to be echoed until the 1970s the discourse of sustainable development (SDG's) emerged. The concept of SDG's development is basically very potential in responding to the issue of the environmental crisis. However, due to differences in interests between developed and developing countries, this discourse is difficult to realize. Development tends to be unequal, and economic growth is at the forefront of development. As a result, this concept is considered not too significant in preventing environmental damage. Therefore, a new thought emerged that tried to involve religious spirituality in intervening in this crisis. A new approach was born, namely ecotheology which is used in religious organizations such as Muhammadiyah through its institution called MLH. The method used in achieving the objectives of this research is a qualitative method with a case study approach. The reason for choosing this method is that qualitative methods can explain ecotheological discourse. Data collected through interviews, documentation, and observation. The results showed that the MLH ecotheology thought had a very long trajectory. This can be traced to the early birth of Muhammadiyah in 1912, since its first chapter, environmental issues have not received sufficient space. However, at that time, attention to environmental issues flourished among the self-help world. In its journey, especially in the second century, Muhammadiyah through MLH tried to take part in overcoming the environmental crisis. Although it is a bit late, there is a strengthening of the role of MLH in responding to this crisis. This shows that the theology of Al-Am'un Muhammadiyah has only found its relevance in responding to the environmental crisis in recent years. Therefore, in the context of this environmental crisis, Al-Ma'un's theology needs to be reinterpreted more broadly.

Kata Kunci : Ecotheology; Ecological crisis; MLH; Religious organization; Theology

  1. S2-2022-466955-abstract.pdf  
  2. S2-2022-466955-bibliography.pdf  
  3. S2-2022-466955-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2022-466955-title.pdf