PENGARUH TERAPI SPIRITUAL AUDITORIK DREAMER SEBAGAI COMPLEMENTARY AND ALTERNATIVE MEDICINE TERHADAP BIOMARKER STRES (CORTISOL) PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT
IWAN PURNAWAN, dr. Yunita Widyastuti, M.Kes., Sp.An.,KAP, PhD; Dr. Sri Setiyarini, S.Kp, M.Kes.; Dr. dr. Probosuseno, SpPD, K-Ger.
2022 | Disertasi | DOKTOR ILMU KEDOKTERAN DAN KESEHATANLatar Belakang: Stres merupakan permasalahan yang biasa dialami oleh pasien ICU. Stresor yang paling banyak ditemui pada pasien ICU adalah nyeri. Penggunaan obat-obatan sebagai terapi standar kurang optimal karena hanya berfokus pada aspek fisik. Aplikasi Complementary and Alternatif Medicine (CAM) sebagai pelengkap terapi standar dihadapkan pada kendala keterbatasan waktu dan tenaga di ICU. Complementary and Alternatif Medicine yang sederhana, mudah dilakukan, dan tidak membutuhkan tenaga khusus sangat diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh TSAD terhadap kadar cortisol saliva; nyeri; frekuensi nadi dan nafas; MAP, dan saturasi oksigen pasien ICU. Metode Penelitian: Ini merupakan jenis penelitian uji klinis. Penelitian dilakukan di ICU RSUD Prof. Margono Soekarjo Purwokerto pada bulan Mei hingga Juni 2021. Teknik Consecutive sampling menggunakan randomisasi dan concealment amplop. Pengambilan data dilakukan dengan penyamaran tunggal. Analisa kadar cortisol saliva menggunakan teknik ELISA. Pengukuran nyeri menggunakan CPOT sedangkan tanda klinis menggunakan bedside monitor. Penelitian melibatkan 86 pasien ICU yang dibagi menjadi kelompok intervensi (43) dan kontrol (43). Uji statistik menggunakan, Mann Whitney, Cochrane, dan General Linier Model-Repeated Masure (GLM-RM). Hasil: Uji Mann Whitney menunjukkan bahwa terdapat selisih kadar cortisol antara kedua kelompok sebesar 1 ng/ml, nilai p = 0,029, dengan size effect (eta squared)=0,06. Kadar kortisol pre dan post kedua kelompok masih lebih tinggi dari kadar kortisol normal. Uji Mann Whitney berulang dengan koreksi benferroni menunjukan adanya perbedaan signifikan skor CPOT intra (p=0,001;eta squared=0,123) dan post (p=0,004; eta squared=0,09). Uji Cochrane dengan post hoc McNemar menunjukan adanya penurunan bermakna (0,035) prosentase kejadian nyeri kelompok intervensi dari 51% (pre) menjadi 30% (post). Uji GLM-RM menunjukan tidak perbedaan signifikan MAP pre, intra, dan post antara kedua kelompok (p > 0,05). Uji Mann Whitney berulang dengan koreksi benferroni menunjukan tidak ada perbedaan signifikan (p > 0,016) frekuensi nadi, nafas, dan saturasi oksigen pre, intra, dan post pada kedua kelompok Kesimpulan. TSAD memiliki pengaruh signifikan terhadap kadar kortisol saliva dan nyeri pasien ICU. TSAD tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap frekuensi nadi, nafas, saturasi oksigen, dan MAP pasien ICU.
Background: Stress is a common problem experienced by ICU patients. The most common stressor in ICU patients is pain. The use of drugs as standard therapy is less than optimal because it only focuses on the physical aspect. Complementary and Alternative Medicine (CAM) application as a complement to standard therapy is faced with time and energy limitations in the ICU. Complementary and Alternative Medicine that is simple, easy to do, and does not require special personnel is needed. This study aims to identify the effect of TSAD on salivary cortisol levels, pain, heart rate, respiration rate, MAP, and oxygen saturation in ICU patients. Research Methods: It is a clinical trial study. The study was conducted at the ICU of Prof. Margono Soekarjo Hospital, Purwokerto, in May until June 2021. The consecutive sampling technique used randomization and concealment envelopes. Data collection was carried out in a single-blind. Analysis of salivary cortisol levels using the ELISA technique, pain using CPOT, and clinical signs using a bedside monitor. The study involved 86 ICU patients divided into groups of intervention (43) and control (43). The statistical test used Mann Whitney, Cochrane, and General Linear Model-Repeated Masure (GLM-RM). Results: The Mann Whitney test showed a difference in cortisol levels between the two groups of 1 ng/ml, p-value = 0.029, with effect size (eta squared)=0.06. Both groups' pre and post cortisol levels were still higher than normal. Repeated Mann Whitney test with Bonferroni correction showed a significant difference in intra (p=0.001; eta squared=0.123) and post (p=0.004; eta squared=0.09) CPOT scores. The Cochrane and post hoc McNemar test showed a significant decrease (0.035) in the percentage of pain conditions from 51% (pre) to 30% (post). The GLM-RM test showed no significant difference between the two groups in pre, intra, and post MAP (p > 0.05). Repeated Mann Whitney test with Bonferroni correction showed no significant difference (p > 0.016) pulse rate, respiration rate, and pre, intra, and post oxygen saturation in the two groups. Conclusion. TSAD significantly affects salivary cortisol levels and pain in ICU patients. TSAD did not significantly affect pulse rate, respiration, oxygen saturation, and MAP in ICU patients.
Kata Kunci : cortisol, CPOT, Intensive Care Unit, nyeri, pasien kritis, TSAD