PERCERAIAN DALAM KEHIDUPAN PEREMPUAN BUTON DI KOTA BAU-BAU SULTRA: (STUDI TENTANG DAMPAK)
LAXMI, Prof. Heddy Shri Ahimsa-Putra, M.A., M.Phil,. Ph.D ;Dr. Setiadi, M.Si
2022 | Disertasi | DOKTOR ILMU-ILMU HUMANIORADisertasi ini berangkat dari keinginan peneliti mengetahui meningkatnya perceraian dengan status cerai gugat dalam kehidupan perempuan Buton di Kota Baubau, baik yang dipublikasi secara online maupun offline. Karena itu disertasi ini khususnya mengungkapkan penyebab kebanyakan perempuan Buton menggungat cerai, mekanisme budaya dan pemerintah dalam menyelesaikan perceraian dan dampak yang ditimbukan dari cerai gugat. Fokus penelitian ini menekankan pada hal. Pertama, analisis melalui ungkapan-ungkapan perempuan mengapa mengajukan gugatan cerai. Sebagai perempuan Buton mereka melalui tahapan life cycle yang dikenal dengan upacara ritual posuo menjelang masa remaja sampai dewasa hingga menjelang pesta pernikahan yang diketahui memiliki pengaruh dalam kehidupan berumah tangga. Kedua, bagaimana mekanisme budaya dan pemerintah dalam penyelesaian perceraian. Ketiga,dampak yang terjadi setelah terjadi perceraian. Pada titik inilah perempuan Buton merasakan kehidupannya setelah perceraian berkhir dengan baik atau memberburuk keadaan yang dapat dirasakan secara positif dan negatif. Dengan menjelaskan dan mengungkapkan ketiga hal diatas, peneliti berharap mampu menuliskan hasil disertasi ini dengan baik. Dengan menggunakan pendekatan fenomenologi, maka studi ini akan lebih mudah memahami dan mengetahui secara mendalam makna terhadap pilihan perempuan melakukan gugatan cerai sebagaimana yang dirasakannya sebagai individu, yaitu melalui penuturan dan ungkapan yang disampaikan. Melalaui cara ini peneliti lebih mudah memahami dan mengetahui fikiran, sikap dan tindakannya. Dengan demikian sebagai peneliti berusaha mengalami dan memahami idiologi dan cara hidup perempuan Buton yang telah mengajukan gugatan cerai dari sudut pandang mereka, dan mencermati setiap fenomena-fenomena yang terjadi. Dari analisis dapat disimpulkan tiga hal. Pertama, terjadinya perceraian dengan status cerai gugat disebabkan karena persoalan ekonomi, stagnasi ekonomi suami istri, kekerasan, penipuan, perselingkuhan hingga pada penelantaran rumah tangga. Kedua, dalam pengajuan perceraian terdapat dua model yang ditempuh yaitu melalui kelembagaan adat budaya yang dikenal melalui mediasi sara kidi dan parabela dan melalui pemerintah yaitu BP4 dan Pengadilan Agama. Ketiga bahwa dampak yang ditimbulkan setelah terjadinya perceraian meliputi dampak sosial yaitu menghindari pertemuan dengan keluarga besar, munculnya stigma negatif sebagai perempuan yang kurang bersabar, kurang tabah, kurang paham pesan adat dan seringkali memperoleh sindiran. Sedangkan dampak positif memberikan pengalaman baru dengan berdagang kue tradisional, membuka warung, rental mobil hingga pengalaman mengajar pengajian dan memberikan les privat dari rumah ke rumah.
This dissertation starting from the researcher's desire to know the increase of divorce with divorced accusation status in the lives of Butonese women in Baubau City, both published online and offline. Therefore, this dissertation specifically reveals the reasons why most Butonese women accused for divorce, the cultural and government mechanisms in resolving divorces and the impact of the divorce with accusation. This research focused on emphasized, First, analysis through women's expressions why they accused for divorce. As Butonese women, they go through stages of a life cycle known as the posuo ritual from adolescence to adulthood until the wedding ceremony that known have an influence on married life. Second, how are the cultural and government mechanisms in divorce settlement. Third, the impact that occurs after the divorce. In this point the Butonese woman feels that her life after the divorce ends well or making things worse that can be felt positively and negatively. By explaining and revealing the three things above, the researcher hopes to be able to write the results of this dissertation as well. By using a phenomenological approach, this study more easily understand and know in depth the meaning of women's choice to accused for divorce as they feel as individuals, namely through the narrative and expressions conveyed. Through this method, it is easier for researchers to understand and know their thoughts, attitudes and actions. Thus, the researchers try to experience and understand the ideology and the way of Butonese women's life who have accused for divorce from their point of view, and to observe every phenomenon that occurs. From the analysis, three things can be concluded. First, the occurrence of divorce with divorced accusation status is caused by economic problems, husband and wife economic stagnation, violence, fraud, infidelity to household neglect. Second, in filing for divorce, there are two models that are adopted, namely through customary cultural institutions known as sara kidi and parabela mediation and through the government, namely BP4 and the Religious Courts. Third, the impact after the divorce includes social impacts, namely avoiding meetings with extended families, the emergence of negative stigma as women who are less patient, less steadfast, do not understand traditional messages and often receive satire. While the positive impact is providing new experiences by trading traditional cakes, opening stalls, renting cars, even teaching recitation and give private lessons from house to house.
Kata Kunci : Perceraian, kehidupan perempuan, Buton dan dampak.