Laporkan Masalah

EMISI GAS RUMAH KACA PADA SISTEM USAHATANI PADI SAWAH TADAH HUJAN DI DESA SOKOPULUHAN, KECAMATAN PUCAKWANGI, KABUPATEN PATI

IKA FERRY YUNIANTI, Prof. Dr. Eko Haryono, M.Si; Dr. Ir. Eko Hanudin, M.P

2022 | Tesis | MAGISTER ILMU LINGKUNGAN

Lahan sawah tadah hujan merupakan lahan potensial yang dapat dioptimalkan untuk mendukung terwujudnya ketahanan pangan. Usahatani di lahan sawah tadah hujan sangat rentan terhadap perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan global akibat dari peningkatan konsentrasi GRK di atmosfer. Oleh karena itu, petani diharapkan mampu melakukan upaya adaptasi dan mitigasi emisi GRK dalam kegiatan usahataninya untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim. Upaya adaptasi dan mitigasi yang dapat dilakukan yaitu dengan penggunaan bahan organik dan varietas padi yang toleran terhadap cekaman kekeringan serta beremisi rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perilaku petani dalam melakukan usahatani di lahan sawah tadah hujan dan mengestimasi besaran emisi GRK yang dihasilkan dari kegiatan usahatani di lahan sawah tadah hujan dengan penggunaan bahan organik dan varietas unggul baru padi sawah tadah hujan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2021 di Desa Sokopuluhan, Kecamatan Pucakwangi, Kabupaten Pati dan di Laboratorium Balai Penelitian Lingkungan Pertanian. Informasi mengenai perilaku petani eksisting dalam melakukan usahatani padi di lahan sawah tadah hujan diperoleh melalui survei dan wawancara menggunakan kuesioner, sedangkan informasi mengenai emisi GRK diperoleh dari percobaan lapangan menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan tiga ulangan. Pengukuran emisi GRK dilakukan dengan menggunakan metode sungkup tertutup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) mayoritas petani masih melakukan usahatani padi secara konvensional yaitu tanpa penggunaan bahan organik dan varietas yang digunakan belum sesuai dengan kondisi spesifik lingkungan, 2) penggunaan kompos dan varietas Inpari 41 mampu menghasilkan emisi GRK terendah (7,14 ton CO2e/ha/musim) dan hasil padi yang optimal (6,01 ton/ha).

Rainfed rice fields are potential land that could be optimized to support food security. Farming in rainfed rice fields is vulnerable to climate change caused by global warming as a result of increased concentrations of greenhouse gasses (GHGs) in the atmosphere. To anticipate the impact of climate change, farmers are expected could be able to adapt and mitigate GHGs in their farming activities. Application of organic matters and drought tolerant varieties and low emissions are the adaptation and mitigation efforts that could be done. The study was aimed to determine the behavior of existing farmers in rainfed rice fields and to estimate the GHGs emissions from rice farming with the application of organic matters and new high yield varieties in rainfed rice fields. The study was conducted in February-June 2021 in Sokopuluhan Village, Pucakwangi District, Pati Regency and Indonesian Agricultural Environment Research Institute Laboratory. The information of the behavior of existing farmers in rainfed rice fields collected with survey and interview methods used questionnaires, while the GHGs emissions measured by close chamber methods. The results showed that: 1) most of the farmers carried out conventional farming without organic matters and drought tolerant varieties, 2) application of compost and Inpari 41 was produced the lowest GHGs emissions (7.14 tonsCO2e ha-1 season-1) and optimal rice yield (6.01 tons ha-1).

Kata Kunci : emisi gas rumah kaca, kompos, biokompos, varietas padi, lahan sawah tadah hujan

  1. S2-2022-449954-abstract.pdf  
  2. S2-2022-449954-bibliography.pdf  
  3. S2-2022-449954-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2022-449954-title.pdf