Laporkan Masalah

Interaksi sosial migran asal Kabupaten Lamongan dengan sesama migran dan penduduk asli di Kota Jayapura Propinsi Irian Jaya :: Kasus di Kelurahan Asano Kecamatan Abepura

SUSANTO, Eko Budi, Prof.Dr. Ida Bagoes Mantra

2003 | Tesis | S2 Kependudukan

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perkembangan jumlah migran Lamongan di Kota Jayapura yang mengalami peningkatan dalarn beberapa tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik demografi, sosial, dan ekonomi Migran Lamongan, mengetahui alasan memilih Kota Jayapura sebagai daerah tujuan, dan mengetahui bentuk interaksi yang terjadi di dalamnya serta faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini termasuk penelitian survey. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Asano, Kecamatan Abepura, Kota Jayapura. Pemilihan lokasi tersebut dipilih secara purposive sampling, dengan pertimbangan banyaknya Migran Lamongan yang bertempat tinggal di daerah tersebut. Besamya sampel yang diperoleh sebesar 110 responden. Pengambilan sampel sebesar 28 persen dari 426 kepala rumah tangga. Analisa data bersifat kualitatif dan kuantitatif, yaitu dengan tabel frekwensi, tabulasi silang, serta wawancara mendalam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa migran lamongan yang tinggal di Kota Jayapura umumnya masih tergolong dalam usia produktif. Rata- rata usia mereka adalah 37 tahun. Mereka umumnya laki-laki yang telah berstatus kawin. Kebanyakan tingkat pendidikan mereka adalah SLTA. Rata-rata lama tinggal Migran Lamongan di Kota Jayapura adalah 10 tahun. Tingkat kehidupan mereka sekarang tergolong baik yang ditunjukkan dengan kualitas tempat tinggal yang baik serta tingkat pendapatan mereka yang tergolong tinggi dibandingkan pendapatan di daerah asalnya. Latar belakang Migran Lamongan bermigrasi adalah faktor ekonomi. Sebagian besar mereka sebelum bermigrasi merupakan petani kecil, buruh tani, pedagang, dan pengangguran. Mereka memutuskan bermigrasi untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik dan mendapatkan pekeijaan. Informasi tentang Kota Jayapura sebagian besar diperoleh dari keluarga dan teman-teman mereka yang telah bermigrasi lebih dulu. Mereka berpendapat bahwa di Kota Jayapura lebih mudah mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang lebih baik dibandingkan di daerah asalnyai Hubungan migran Lamongan dengan daerah asal dalam bentuk kunjungan, surat, dan telefon. Ratarata remiten Rp. 1.517.000,". Migran Lamongan pada umumnya memiliki intensitas interaksi yang tinggi dengan migran sedaerah, migran dari lain daerah maupun dengan penduduk asli. Bentuk-bentuk interaksi yang terjadi pada Migran Lamongan yang mengarah pada integrasi sosial yaitu berupa; 1) akomodasi, 2) Kerjasama, 3) Asimilasi sedangkan bentuk-bentuk interaksi. yang mengarah pada mengarah kepada dis-integrasi sosial berupa: 1) persaingan, 2) kontraversi. Di antara faktor-faktor demografi, sosial, ekonomi yang paling berpengaruh pada proses integrasi dan dis- integrasi sosial adalah faktor pendidikan.

This research is based on the fact that the number of Lamongan migrants in Jayapura are increa.sing in the recent years. The purposes of this research are to understand the demographic, social, and economic characteristics of Lamongan migrants, to understand the reasons why they choose Jayapura as their destination, and to recognize the interaction in it, the affecting factors, and the intensity of the interaction. This study was conducted in Asano village, sub district of Abepura, Jayapura. This location was selected based on consideration that the large number of Lamongan migrants live in the area. The number of samples are 110 respondents, which is about 28% of total 426 migrants. The data were gathered using quantitative and qualitative methods. The results show that Lamongan migrants living in Jayapura are mostly productive age group, generally male and married Most of them had graduated from senior high schools. Most of these Lamongan migrants had been living in Jayapura for 10 years. Their living was prcty good, in terms of good quality residence, and their rate of income was higher than their previous income. The reason why they migrated was economic factor. Before they migrated, most of them were farmers, farming labors, traders, and unemployment. They decided to migrate in order to get better income and workfield. The information about Jayapura was obtained from their family and. friends who had migrated earlier. They found that, in Jayapura, they felt easier to get better jobs and better income than in their previous area. The relationship between Lamongan migrants and their earlier area was in the fomis of visits, mails, and telephones. The average remmitances were Rp. 1,517,000.00. The Lamongan migrants generally interacted in high intensity with the migrants from the same area, migrants from different areas, and even with the native population. The forms of interaction in Lamongan migrants which lead to some social integration such as; (1) accommodation, (2) relationship, (3) assimilation; and which lead to social disintegration such as: (1) competition, (2) contraversion. Among the demographic, social, and economic factors that mostly affected the process of social integration and disintegration was the education factor.

Kata Kunci : Penduduk Migran,Interaksi Sosial

  1. S2-PAS-2003-Eko_Budi_Susanto-Abstract.pdf  
  2. S2-PAS-2003-Eko_Budi_Susanto-Tableofcontent.pdf  
  3. S2-PAS-2003-Eko_Budi_Susanto-Title.pdf