KAJIAN INDIKATIF LAHAN KRITIS SEBAGAI STRATEGI RENCANA REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN PADA SUB DAS MERAWU, KABUPATEN BANJARNEGARA

FAJAR BUANA GINTING, Dr. Hatma Suryatmojo, S.Hut., M.Si;Widiyatno, S.Hut., M.Sc., Ph.D

2022 | Tesis | MAGISTER ILMU KEHUTANAN

Kajian Indikatif Lahan Kritis Sebagai Strategi Rencana Rehabilitasi Hutan dan Lahan Pada Sub DAS Merawu, Kabupaten Banjarnegara Oleh:Fajar Buana Ginting, Hatma Suryatmojo, Widiyatno Intisari Lahan kritis merupakan permasalahan lahan yang sering terjadi pada masa ini. Lahan kritis dapat terjadi karena eksploitasi hutan yang berlebihan. Sub-DAS Merawu merupakan salah satu DAS yang memiliki permasalahan lahan kritis. Sub-DAS Merawu merupakan hulu dari DAS Serayu. Karena permasalahan lahan kritis pada Sub-DAS Merawu, oleh karena itu diperlukan kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan lokasi Indikatif Lahan Kritis, menganalisis prioritas lahan kritis, dan merancang strategi Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Penelitian ini dilakukan pada 1 Maret 2021 sampai 30 April 2021 pada Sub-DAS Merawu yang terdiri dari 10 Kecamatan yaitu Kecamatan Banjarmangu, Kecamatan Banjarnegara, Kecamatan Blado, Kecamatan Kalibening, Kecamatan Karangkobar, Kecamatan Madukara, Kecamatan Pagentan, Kecamatan Pejawaran, Kecamatan Petungkriyono, dan Kecamatan Wanayasa untuk menghasilkan lokasi Indikatif Lahan Kritis sebagai tujuan lokasi RHL. Adapun data yang digunakan pada penelitian adalah peta tanah miring/lereng, peta tanah dangkal, peta erosi, dan peta lahan kritis untuk menghasilkan peta Indikatif Lahan Kritis, serta Citra SPOT 6/7 untuk menghasilkan lokasi RHL berupa penanaman. Pengolahan data ini menggunakan software ArcGIS. Penggunaan peta SISLAH (Sistem Lahan) yang mencakup lereng (tanah miring) dan tanah dangkal yang ditambalkan/overlay dengan peta erosi untuk menghasilkan peta kerentanan lahan. Setelah itu, peta kerentanan lahan ditambalkan/overlay dengan peta lahan kritis untuk menghasilkan Indikatif Lahan Kritis. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh luas Indikatif Lahan Kritis seluas 22.567,06 ha dengan 11 lokasi Indikatif Lahan Kritis yang tersebar pada 10 kecamatan yang berada di Sub-DAS Merawu. Sedangkan itu, untuk lokasi prioritas lahan kritis yaitu prioritas 1 (R-LKE dan R-LTKE), prioritas 2 (R-L), prioritas 3 (R-LE), dan prioritas 4 (R-KE). Adapun strategi yang dilakukan untuk Rehabilitasi Hutan dan Lahan yaitu melakukan kegiatan RHL pada lahan dengan kelas kelerengan V (sangat curam) dan kelas kelerengan IV (curam) pada tiap Indikatif Lahan Kritis yang menjadi prioritas, serta jenis kegiatan yang dilakukan adalah reboisasi/penghijauan lingkungan, agroforestri, saluran pembuangan air dan bangunan terjunan, teras individu, gully plug, dam penahan, dan rorak.

Critical Land Indicative Study As Planning Strategy For Forest And Land Rehabilitation In Merawu Watershed, Banjarnegara District Abstract Fajar Buana Ginting, Hatma Suryatmojo, Widiyatno Critical land is a land problem that often occurs at this time. Critical land can occur due to over-exploitation of forests. Merawu sub-watershed is one of the watersheds that has critical land problems. The Merawu sub-watershed is the upstream of the Serayu watershed. Due to the problem of critical land in the Merawu Sub-watershed, therefore forest and land rehabilitation activities are needed. This research was conducted with the aim of determining the location of the Critical Land Indicative, analyzing the priority of critical land, and designing a forest and land rehabilitation strategy. This research was conducted from March 1, 2021 to April 30, 2021 in the Merawu sub-watershed which consists of 10 sub-districts, namely Banjarmangu sub-istrict, Banjarnegara sub-district, Blado sub-district, Kalibening sub-district, Karangkobar sub-district, Madukara sub-district, Pagentan sub-district, Pejawaran subdistrict, Petungkriyono sub-district, and Wanayasa sub-district to produce Critical Land Indicative locations as the destination for RHL locations. The data used in this study are sloping soil map, shallow soil map, erosion map, and critical land map to produce an Critical Land Indicative map, and SPOT 6/7 imagery to produce RHL locations in the form of planting. This data processing uses ArcGIS software. Use of SISLAH (Land System) maps which include slopes (sloping soils) and shallow soils which are overlaid with erosion maps to produce land vulnerability maps. After that, the land vulnerability map is overlaid with a critical land map to produce an Indicative of Critical Land. Based on the research that has been done, the Critical Land Indicative area is 22.567,06 ha with 11 critical land indicative locations spread over 10 sub-districts in the Merawu watershed. Meanwhile, the priority locations for critical land are priority 1st (R-LKE and R-LTKE), priority 2nd (R-L), priority 3rd (R-LE), and priority 4th (R-KE). The strategy carried out for Forest and Land Rehabilitation is carrying out RHL activities on land with slope class V (very steep) and slope class IV (steep) on each Critical Land Indicative which is a priority, and the types of activities carried out are reforestation, agroforestry, sewerage and waterfall buildings, individual terraces, gully plugs, retaining dams, and rorak.

Kata Kunci : Lahan Kritis, Indikatif Lahan Kritis, Rehabilitasi Hutan dan Lahan, Sub-DAS Merawu