Peran Terapi Luka Tekanan Negatif pada Penyembuhan Luka Bakar Thermal Dermal Dalam pada Babi: Kajian pada Observasi Laju Epitelisasi, Kontraksi Luka, Migrasi Sel Punca Epidermal, Interleukin-33, Matrix Metalloproteinase-9, Transforming Growth Factor-Beta-1, dan Keratinocyte Growth Factor
ROSADI SESWANDHANA, Prof. Dr. dr. Teguh Aryandono, Sp.B(K)B.Onk; Dr. dr. Ishandono Dachlan, M.Sc., Sp.B, Sp.BP-RE(K); Prof. Dr. dr. Yohanes Widodo Wirohadidjojo, Sp.KK(K)
2022 | Disertasi | DOKTOR ILMU KEDOKTERAN DAN KESEHATANLatar Belakang. Luka bakar merupakan salah satu penyebab utama kecacatan dan kematian yang memerlukan biaya besar karena durasi rawat inap yang relatif lama. Proses penyembuhan luka pada trauma luka bakar dipengaruhi oleh derajat dan luas luka bakar. Sampai dengan saat ini, belum terindentifikasi satu jenis balutan yang dapat beradaptasi dengan semua jenis luka bakar di setiap saat. Terapi luka tekanan negatif (TLTN) telah digunakan sebagai pengobatan luka akut maupun kronis. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan penyembuhan luka bakar thermal dermal dalam yang terjadi setelah perlakuan perawatan luka dengan terapi standar lain dalam hal laju epitelisasi, kontraksi luka, aktivasi sel punca epidermal, kadar IL-33, kadar MMP-9, kadar TGF-Beta-1, dan kadar KGF/FGF-7. Metode. Penelitian eksperimental murni dengan rancangan repeated measurement post test only control group design. Subyek penelitian adalah babi (Yorkshire) jantan dengan jumlah 6 sampel. Luka bakar dermal terbagi dalam kelompok balutan tertutup larutan garam fisiologis (BTNaCl), balutan tertutup aplikasi silver sulfadiazine (BTSS), TLTN intermiten, dan TLTN persisten yang dievaluasi proses penyembuhan luka pada hari ke 1, 3, 7, 14, dan 21 sesuai dengan variabel tergantung yang telah ditentukan. Hasil. Laju penutupan luka pada pada semua kelompok perlakuan tidak bermakna. Pada kelompok TLTN didapatkan kontraksi luka yang lebih kecil disertai dengan area epitelisasi yang lebih besar dibandingkan kelompok terapi standar lainnya (p<0,05), Kadar IL-33, MMP9, dan KGF ditemukan lebih tinggi pada kelompok perlakuan TLTN dibandingkan kelompok lainnya pada seluruh hari pengamatan (p<0,05). Sedangkan kadar TGF-Beta-1 ditemukan lebih tinggi pada kelompok perlakuan TLTN pada awal hari pengamatan namun pada akhir pengamatan TGF-Beta-1 lebih tinggi pada kelompok BTNaCl (p<0,05). TGF-Beta-1 mempengaruhi laju penutupan luka, namun tidak mempengaruhi kontraksi luka. Kesimpulan. TLTN dapat menghambat kontraksi luka dan mempercepat proses reepitelisasi tanpa mengurangi kecepatan penyembuhan luka sehinga berpotensi untuk menghambat pembentukan parut kontraktur.
Background. Burns are one of the main causes of disability and death that require large costs due to the relatively long duration of hospitalization. The wound healing process in burn trauma is influenced by the degree and extent of the burn. According to the current literature, there is no ideal dressing that can adapt to all wounds at any time has been identified. Negative pressure wound therapy (NPWT) has been used to treat both acute and chronic wounds. This study aims to compare the healing of deep dermal burns that occur after wound care treatment with several kinds of therapy, in terms of the rate of epithelialization, wound contraction, activation of epidermal stem cells, levels of IL-33, levels of MMP-9, levels of TGF-Beta-1, and levels of KGF/FGF-7. Method. Pure experimental research with repeated measurement post-test only control group design. The research subjects were male (Yorkshire) pigs with a total of 6 samples. Dermal burns were divided into normal saline closed dressings, closed dressings with silver sulfadiazinee application, intermittent NPWT, and continuous NPWT in which the wound healing process is evaluated on day 1, 3, 7, 14, and 21 according to the designated dependent variables. Results. Wound closure rate is not significantly different in all groups. Wound contraction was found to be lowest in the NPWT group, while the area of epithelialization was found to be the largest (p<0.05). IL-33, MMP9 and KGF levels were found to be highest in the group with NPWT treatment compared to other treatment group (P<0.05). TGF-Beta-1 was found to be the highest in the group with NPWT treatment in early phase of experiment but in the end phase of the experiment TGF-Beta-1 is found to be the highest in normal saline group. TGF-Beta-1 affect the rate of wound closure but did not affect the wound contraction. Conclusion. NPWT is able to inhibit wound contraction and accelerate the re-epithelialization process without inhibiting the wound healing process, thus having the potential to inhibit the formation of eschar.
Kata Kunci : Deep dermal burns, NPWT, Epithelialization rate, Wound contraction, Animal-based Study, Epidermal stem cells, IL-33, MMP-9, TGF-Beta-1, KGF