The Contribution of religious transformation to religion-State relations in Indonesia :: Christian-Muslim perspective
LATTU, Izak Yohan Matriks, Prof. John Titaley, ThD
2002 | Tesis | S2 Ilmu Perbandingan AgamaBeberapa masalah utama dari penelitian/tesis ini adalah, pertama, hubungan agama-negara bagaimanakah yang dicita-citakan para pendiri bangsa Indonesia. Kedua, apakah hubungan agama-negara yang dirumuskan oleh para pendiri negara itu sesuai dengan ide utama dari transformasi agama (religious transformation). Ketiga, apakah transformasi agama dapat menyumbang perspektif bagi terciptanya hubungan agama-negara yang harmonis di Indonesia. Berdasarkan persoalan-persoalan tersebut, tujuan utama penelitian/tesis ini adalah sebagai berikut; pertama, mendudukan secara benar hubungan agama-negara dan hubungan antaragama menurut para pendiri bangsa Indonesia. Kedua, memahami dan menganalisis model-model sikap beragama terhadap agama lain (religious attitudes). Model-model tersebut antara lain, eksklusifisme, inklusifisme, pluralisme dan transformation (religious transformation). Transformasi menjadi fokus dalam penelitian ini, terutama transformasi menurut perspektif Kristen dan Muslim dan nilai-nilai potensial di dalamnya yang dapat menginspirasi terciptanya hubungan antarpemeluk agama yang lebih baik. Ketiga, menganalisis sumbangan transformasi terhadap hubungan agama dan negara di Indonesia. Metode kualitatif adalah pendekatan yang digunakan dalam penelitian/tesis ini, dengan pendekatan tersebut konsep agama dan negara di Indonesia, transformasi agama dan sumbangan transformasi terhadap hubungan agama-negara di Indonesia akan dipaparkan dan dijelaskan secara mendalam. Karena itu, penelitian ini merupakan library research yang menggunakan data-data sekunder yang telah dipublikasi dalam bentuk buku, majalah dan surat kabar. Transformasi agama mensyaratkan interaksi dan keterbukaan hati terhadap ajaran-ajaran lain tanpa harus kehilangan indentitas pribadi. Proses interaksi dengan ajaran agama lain akan memperkaya iman atau memampukan para pemeluk agama untuk memahami iman/agamanya dalam hubungan dengan agama/iman lain. Dengan demikian, level dimana sebuah transformasi agama dapat terjadi adalah tataran esoteric. Sejarah hubungan antaragama mencatat bahwa transformasi agama dalam perspektif (orang) Kristen dan Muslim sudah terjadi sejak ratusan tahun yang lalu. Para pemikir Kristen dan Islam awal sama-sama memiliki keterbukaan hati untuk belajar dan filsafat Yunani. Sejak awal pembentukan negara Indonesia, para pendiri negara telah meletakkan dasar kenetralitasan negara terhadap agama. Semua agama memiliki hak yang sama untuk mempraktekkan ritual dan hidup menurut ajaran agamanya di Indonesia. Dalam konteks hubungan agama-negara di Indonesia, para pendiri negara tidak menetapkan "anak emas" tertentu, semua agama diperlakukan secara sama oleh negara. Walaupun bangsa Indonesia menyadari bahwa kemerdekaan Indonesia adalah berkat Tuhan, tetapi tidak mengandung pengertian Tuhan dari dan menurut ajaran agama tertentu, tetapi Tuhan dari Indonesia sebagai bangsa. Karena itu, pengertian tersebut tidak dapat diterjemahkan demi keuntungan satu agama tertentu, tetapi untuk kebaikan semua warga negara Indonesia. Berdasarkan pemikiran di atas, semua agama, rakyat, budaya atau bahkan ideologi dapat menyumbang ideologi negara yang telah menyediakan landasan bagi hubungan agama-negara di Indonesia. Dalam kerangka ini, transformasi agama dapat memberikan kontribusi yang luar biasa, karena transformasi agama menyediakan landasan yang kuat bagi proses interaksi dan belajar bagi semua agama. Mengikuti pemikiran transformasi agama para penganut agama memiliki peluang untuk menyumbang nilai-nilai keberagamaannya bagi terbentuknya nilai bersama sebagai bangsa. Singkatnya, transformasi agama mesti menjadi kiblat bagi umat bergama di Indonesia jika ingin membangun sebuah kehidupan bersama yang lebih baik dimasa yang akan datang. Jika hal tersebut terjadi, rob transformasi agama dan menghilangkan konflik agama dan ideologi di Indonesia.
The main problems of this thesis are; first, what kind of relations existed between religions and state and among religion according to Indonesian's founding parents. Second, is religion-state relation according to the founding parents of Indonesia appropriate for the concept of religious transformation. Third, how can religious transformation contribute to a better relationship between religion and state in Indonesia. Based on these problems, the purpose of this thesis include; first, formulating the relations between religion and state and among religions, according to the founders of Indonesia. Second, understanding and analyzing models of religious attitudes (religious exclusivism, inclusivism, pluralism and transformation) particularly religious transformation from Muslim and Christian perspectives and its potential to achieve a better relationship for religious adherents in Indonesia. Third, analyzing the contribution of religious transformation on the relations between religion and state in Indonesia. This research's approach is qualitative because it describes and explores the concept of religion and state in Indonesia, religious transformation and the contribution of religious transformation on religion-state relations in Indonesia. The research is library research that used secondary data, which was published in books, articles and newspaper. Religious transformation is to interact and be openhearted to other teachings, without losing one's own identity. The process of interaction will enrich our own faith as religious followers or enable us to understand our religion in relation to others. The level for religious transformation is an esoteric level. Therefore, both Christians and Muslims practiced religious transformation hundred of years ago. Both of them were openhearted to learn from Greek Philosophy. From the beginning the founders of Indonesia had set up state neutrality toward religions. Every religion had its own right to it's ritual and to live in Indonesia. In the context of religion-state relations according to the founders, there is no golden child. All religions will be treated in the same way. Although we acknowledge that Indonesia's independence is a grace from God, it doesn't mean God from a particular religion, but God for all Indonesian people. Thus in cannot be interpreted only for the sake of one religion but for the common good of all Indonesian people. As a consequence, all religions, people, cultures or even ideologies could contribute ideology that provides the foundation for religion-state relations. In this spirit, religious transformation can make a giant contribution, because it provides the grounds for interaction and a learning process for all religions. By standing on the religious transformation side, religious people can give a chance to each religion to contribute its own value to join together as the value for the nation. In brief, religious transformation should be accepted by Indonesians, in order to develop a better life for all Indonesian people. In a nutshell, taking on the sprit of religious transformation could iron out religious conflict and ideological conflict in Indonesia.
Kata Kunci : Agama dan Negara,Agama,Perspektif Kristen dan Muslim, Religious Transformation, Religion-State Relations, Indonesia