Laporkan Masalah

MANIFESTASI ANARKISME DALAM KOLEKTIF MUTUAL AID PASAR TANPA UANG PROBOLINGGO

MOHAMMAD SADDAM H, Dr. rer. pol. Mada Sukmajati, S.I.P., M.P.P.

2021 | Skripsi | S1 POLITIK DAN PEMERINTAHAN

Penanganan pandemi yang carut marut hingga berujung krisis di masyarakat membuat Pasar Tanpa Uang Probolinggo berinisiatif mengorganisir masyarakat untuk saling membantu. Pasar Tanpa Uang Probolinggo, sebuah proyek berbasis solidaritas rakyat bantu rakyat, kemudian lahir dengan membawa gagasan not for charity, this is protest. Klaim protes yang digaungkan melalui slogan oleh gerakan Pasar Tanpa Uang Probolinggo memunculkan sebuah pertanyaan utama dalam penelitian ini, yakni bagaimana sesungguhnya bentuk protes yang terwujud dalam gerakan Pasar Tanpa Uang Probolinggo. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat lebih jauh konsep yang terkandung dibalik protes yang dicanangkan oleh Pasar Tanpa Uang Probolinggo. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi untuk memotret secara lebih rinci terkait dinamika yang terjadi di dalam Pasar Tanpa Uang Probolinggo. Proses pengumpulan data dilakukan dengan teknik utama dalam penelitian etnografi, yaitu observasi partisipatif di mana peneliti membaur dengan kelompok Pasar Tanpa Uang Probolinggo selama kurun waktu tiga bulan, Februari-Mei 2021. Selain itu, data juga diperoleh berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan para inisiator gerakan serta proses dokumentasi kegiatan melalui pengambilan foto, video dan penulisan diari. Sementara analisis data menggunakan analisis model interaktif, yakni reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Temuan penelitian menunjukkan bahwa Pasar Tanpa Uang Probolinggo melakukan protes nirkekerasan dengan cara ngelapak untuk membagikan sumber daya dan kemampuan secara gratis. Ngelapak juga menjadi medium bagi masyarakat untuk melakukan perlawanan melalui karya seperti zine, lagu dan diskusi publik. Protes dilakukan Pasar Tanpa Uang Probolinggo karena dua faktor, yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari; 1) Transformasi kesadaran individu menuju kesadaran kolektif; 2) Komitmen kuat untuk berkolaborasi dan berjejaring. Sementara, faktor eksternal muncul dari; 1) Menjamurnya kemunculan gerakan Pasar Gratis atau Pasar Tanpa Uang di berbagai daerah yang kemudian menjadi stimulus bagi masyarakat di Probolinggo; 2) Inkonsistensi kebijakan pemerintah lokal dalam mengatasi kondisi krisis akibat pandemi Covid-19. Kesimpulannya, metode ngelapak dan dinamika protes yang dilakukan Pasar Tanpa Uang Probolinggo merupakan proyek mutual aid yang lekat dengan anarkisme. Manifestasi anarkisme juga nampak pada prinsip-prinsip kebebasan dan kesetaraan yang dibuktikan dengan bentuk keanggotaan Pasar Tanpa Uang Probolinggo yang bersifat sukarela, fleksibel dan horizontal. Pasar Tanpa Uang Probolinggo benar-benar menolak segala bentuk dominasi kekuasaan dan struktur hierakis. Kata kunci: Anarkisme, Mutual Aid, Solidaritas, Rakyat Bantu Rakyat

The chaotic handling of the pandemic that led to a crisis in the community made the Pasar Tanpa Uang Probolinggo take the initiative to organize the community to help each other. The Pasar Tanpa Uang Probolinggo, a project based on people's solidarity to help the people, was born with the idea of 'not for charity, this is protest.' The protest claim echoed through the slogan by the Pasar Tanpa Uang Probolinggo movement raises the main question in this research, namely what is the actual form of protest manifested in the Pasar Tanpa Uang Probolinggo movement. Therefore, this study aims to look further into the concepts contained behind the protests launched by the Pasar Tanpa Uang Probolinggo. This study uses a qualitative method with an ethnographic approach to capture in more detail the dynamics that occur in the Pasar Tanpa Uang Probolinggo. The data collection process was carried out using the main technique in ethnographic research, namely participatory observation where the researcher mingled with the Pasar Tanpa Uang Probolinggo group for three months, February-May 2021. In addition, data was also obtained based on the results of in-depth interviews with movement initiators and the process of documenting activities through taking photos, videos, and writing a diary. Meanwhile, data analysis uses interactive model analysis, namely data reduction, data presentation, and conclusion drawing. Research findings show that the Pasar Tanpa Uang Probolinggo conducts a non-violent protest by ngelapak to distribute resources and skills for free. Ngelapak is also a medium for people to fight through works such as zines, songs, and public discussions. The protest was carried out by the Pasar Tanpa Uang Probolinggo due to two factors, namely internal and external factors. Internal factors arise from; 1) Transformation of individual consciousness into collective consciousness; 2) Strong commitment to collaboration and networking. Meanwhile, external factors arise from; 1) The proliferation of the Pasar Gratis or Pasar Tanpa Uang movement in various regions which later became a stimulus for the people in Probolinggo; 2) Inconsistency of local government policies in overcoming crisis conditions due to the Covid-19 pandemic. In conclusion, the ngelapak method and the dynamics of protests carried out by the Pasar Tanpa Uang Probolinggo are mutual aid projects that are closely related to anarchism. Manifestations of anarchism can also be seen in the principles of freedom and equality as evidenced by the membership of the Pasar Tanpa Uang Probolinggo which is voluntary, flexible, and horizontal. The Moneyless Market in Probolinggo completely rejects all forms of domination of power and hierarchical structures. Keywords: Anarchism, Mutual Aid, Solidarity, People Help the People

Kata Kunci : Anarkisme, Mutual Aid, Solidaritas, Rakyat Bantu Rakyat/Anarchism, Mutual Aid, Solidarity, People Help the People

  1. S1-2021-414935-abstract.pdf  
  2. S1-2021-414935-bibliography.pdf  
  3. S1-2021-414935-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2021-414935-title.pdf