Laporkan Masalah

Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Masyarakat : Studi Kasus di Kawasan Konservasi Mangrove Baros

Ridwan Wahyu Robbi Ichwanto, Suadi, S.Pi., M.Sc., Ph.D.,

2022 | Skripsi | S1 MANAJEMEN SUMBERDAYA AKUATIK

Kawasan konservasi mangrove baros terletak di Dusun Baros Kalurahan Tirtohargo, Bantul. Dusun Baros memiliki total 228 kepala keluarga dengan mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Kawasan konservasi mangrove Baros merupakan wilayah konservasi buatan yang diinisiasi oleh kelompok pemuda yang di dampingi oleh Lembaga swadaya masyarakat, yang diikuti oleh actor lain termasuk pemerintah dan perguruang tinggi pada tahun 2003. Mangrove Baros pertama kali ditanam dengan tujuan untuk pencegahan dampak negatif masuknya air dengan kandungan garam ke area persawahan milik masyarakat. Ekosistem ini kemudian juga menjaga lingkungan dari abrasi pantai dan menjadi ekosistem baru yang bermanfaat secara ekosistem dan sosial-ekonomi, termasuk eko-eduwisata. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan nilai total pemanfaatan mangrove baros mencapai Rp. 168.744.141,64/ha/tahun. (Ifhianty,2014). Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan perkembangan kawasan mangrove baros dan rencana pengembangan eko-eduwisata dengan pendekatan pengembangan berbasis komunitas serta mengetahui kendala yang dihadapi dalam pengelolaannya. Penelitan ini menggunakan perpaduan metode studi literatur, observasi lapangan dan wawancara mendalam dengan tokoh lokal dan aktor lainnya dalam pengumpulan data. Peneltian menunjukkan peran penting masyarakat terutama kelompok pemuda desa untuk menjaga dan mengembangkan kawasan mangrove tersebut, yang menunjukkan berkembangnya model konsevasi mangrove berbasis masyarakat. Beberapa rencana baru pengembangan dan pemanfaatan kawasan telah ditetapkan pemerintah misalnya melalui program eko-eduwisata. Kendala yang ada dalam pengelolaan dan pengembangan kawasan konservasi mangrove sebagai kawasan eko-eduwisata adalah masih kurangnya pengetahuan masyarakat terkait arah pengembangan mangrove baros dan mulai berkurangnya rasa memiliki kawasan mangrove baros sebagai sarana eko-eduwisata. Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan dan implementasi rencana-rencana untuk pengembangan Kawasan konservasi diperlukan untuk menjadi berjalan secara efektif dan efisiennya kegiatan konservasi.

The Baros mangrove is located in Tirtohargo Village, Bantul, in the Baros Hamlet. There are 228 houses in Hamlet Baros, with the bulk of the people working as farmers. The Baros mangrove is a man-made conservation area that was started by a youth group in 2003 with the help of an NGO, and was later joined by other parties such as the government and universities. Mangroves were first planted in the Baros to protect the community's rice fields from the detrimental effects of salt water intrusion. This ecosystem then defends the environment from coastal abrasion and evolves into a new ecosystem that benefits ecosystems and socioeconomics, as well as eco-educational tourists. Previous research found that the overall value of mangrove baros usage was Rp. 168,744,141.64 per hectare per year. Ifhianty (2014, Ifhianty). The goal of this research is to detail the growth of the Baros mangrove area and the eco-edutourism development plan using a community-based management strategy, as well as the challenges that have been encountered in its management. In order to collect data, this study used a combination of literature study methodologies, field observations, and in-depth interviews with key informants and other players. The study demonstrates the critical involvement of the community, particularly local youth groups, in maintaining and developing the mangrove region, demonstrating the growth of a community-based mangrove conservation paradigm. The government has devised a number of innovative development and use initiatives, such as eco-edutourism programs. The lack of public information about the direction of mangrove baros growth and a sense of connection to the baros mangrove region as a method of eco-edutourism are still restrictions in the management and development of mangrove conservation areas as eco-educational zones. The effective and efficient operation of conservation operations requires community participation in the creation and implementation of plans for the development of Conservation Areas.

Kata Kunci : Baros, Eko-eduwisata, Mangrove, Partisipasi, Community-Based Management

  1. S1-2022-378243-abstract.pdf  
  2. S1-2022-378243-bibliography.pdf  
  3. S1-2022-378243-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2022-378243-title.pdf