RASIONALISASI RUQYAH SEBAGAI PENGOBATAN GANGGUAN KESEHATAN KEJIWAAN: STUDI KASUS PASIEN RUQYAH DI MASYARAKAT DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
CHAIRINA INDITA S, Dr. Atik Triratnawati, M.A.
2021 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYAKesehatan mental merupakan salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia yang masih tersembunyi serta tabu untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan oleh adanya stigma di masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa. Minimnya pemahaman secara medis mengenai gangguan kesehatan mental juga disertai dengan bentuk interpetasi yang menyesuaikan konteks kebudayaan umum di Indonesia mempengaruhi hal tersebut. Permasalahan psikologi masih kerap diinterpretasikan sebagai sesuatu yang berkaitan hal-hal yang sifatnya supranatural, seperti kerasukan roh halus, melanggar larangan adat, hingga berkaitan dengan kurangnya keimanan seseorang. Terdapat pengobatan atau perawatan gangguan kejiwaan yang menggunakan metode keagamaan, salah satunya adalah ruqyah. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasikan variabel yang mempengaruhi keputusan para penderita gangguan kesehatan mental dalam memilih dan memanfaatkan metode ruqyah sebagai pengobatannya. Penelitian dilakukan dengan metode pendekatan deskriptif kualitatif. Sumber data untuk penelitian adalah empat orang perempuan pasien ruqyah, disertai wawancara pendukung dengan praktisi ruqyah dan pemuka agama yang bertempat tinggal di D.I.Yogyakarta pada Maret 2019 dan April sampai Agustus 2021. Keempat pasien menggunakan pengobatan ruqyah syar'iyah yang dilakukan di klinik ruqyah dan memanfaatkan layanan homecare dengan praktisi ruqyah yang mengunjungi rumah pasien. Kerangka acuan yang digunakan dalam penelitian adalah skema pemilihan pengobatan dan care seeking behaviour yang kemudian menghasilkan model proses pengambilan keputusan dalam memilih proses pengobatan yang dibagi dalam berbagai faktor, yaitu faktor sosial, faktor ekonomi, faktor kemudahan akses, faktor kecocokan dan kenyamanan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pemaknaan ruqyah bagi pasien juga mempengaruhi pemilihan ruqyah karena anggapan ruqyah sebagai salah satu bentuk ikhtiar atau usaha berdasarkan perintah agama yang mampu menjadi salah satu bentuk pengamalan keimanan di kehidupan sehari-hari. Ruqyah juga dimaknai sebagai sebuah tolok ukur tingkat keimanan seseorang. Sementara itu, terdapat dua faktor yang mendominasi pemilihan pengobatan bagi pasien ruqyah, yaitu faktor kenyamanan dan kecocokan, dan faktor sosial. Faktor sosial yang berupa penyebaran informasi melalui media sosial dan televisi, serta gethok tular dari kerabat memfasilitasi pasien dalam mendapatkan informasi yang meyakinkannya untuk melakukan ruqyah. Faktor kenyamanan dan kecocokan menunjukkan para pasien merasakan kemudahan dalam mendapatkan pengobatan ruqyah dan mendapatkan hasil yang positif di akhir prosesi pengobatannya.
Mental health is one of the health problems in Indonesia that is still taboo to talk about due to the societal stigma towards people with mental disorders. The lack of medical understanding of the disorder is and many form of interpretation that adapts to the general cultural context in Indonesia shapes people perspectives about mental health problems. Psychological problems are often interpreted as something related to things that are supernatural in nature, such as being possessed by spirits, violating customary prohibitions, and being related to a person's lack of faith. Currently there is treatment of mental disorders using religious methods, one of which is ruqyah. This research aims to identify variables that influence the decisions of people with mental health disorders in choosing and utilizing the ruqyah method as a treatment. The research was conducted using a qualitative descriptive approach. Sources for research data were from four ruqyah female patients, alongside by supporting interviews with ruqyah practitioners and religious leaders who reside in D.I.Yogyakarta on March 2019 and April to August 2021. The four patients used ruqyah syar'iyah treatment which was carried out at the ruqyah clinic and utilized homecare services with ruqyah practitioners who visit the patient's home. The frame of reference used in this study is a treatment selection scheme and care seeking behavior which then produces a model of the decision-making process in choosing a treatment process which is divided into four factors, namely social factors, economic factors, accessibility factors, fit and comfort factors. The results of this research indicate that the meaning of ruqyah for patients also affects their choice of ruqyah as patients considered ruqyah as a form of strive or endeavor based on religious norms. In this way, ruqyah is a form of practicing faith in everyday life. There are two dominant factors that affect ruqyah patien's choice of treatment, namely comfort and compatibility factors and social factors. Social factors such as information from social media and television, as well as from relatives (gethok tular) convinces patients to choose ruqyah. Comfort and compatibility factors indicate that patients feel it is easy to get ruqyah treatment and get positive results at the end of the treatment procession.
Kata Kunci : Ruqyah, pengobatan alternatif, kesehatan mental, agama, makna