Laporkan Masalah

KAJIAN PENGEMBANGAN HUTAN PETAK 45 (Studi Kasus di RPH Tebo BKPH Gombong Selatan)

Zainal Mutaqin , Ir. Djoko Suharno Radite, MS.

2004 | Skripsi | S1 KEHUTANAN

Hutan mempunyai manfaat yang sangat penting bagi kehidupan manusia, sehingga dilakukan usaha produktif ( eksploitasi) terhadapnya. Usaha-usaha produktif terhadap hutan telah dilakukan berabad-abad lamanya, khusus di Jawa usaha tersebut secara besar-besaran dimulai oleh VOC (Verenidge Oost-Indische Compagnie ), kemudian beralih ke Pemerintah Belanda, dan beralih ke tangan negara Indonesia setelah kemerdekaan (melalui Perhutani sebagai pengelola tungg~l hutan di Jawa). Eksploitasi hutan dengan nuansa ekonominya, yang terus berlanjut tersebut berdampak pada degradasi atau kerusakan hutan, dan kerusakan alam secara global. Degradasi lingkungan hutan tersebut diduga karena pengelolaan hutan yang kurang reaktif terhadap permasalahan-permasalahan baru yang tidak diperkirakan oleh perencana sebelumnya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dan dilakukan analisis untuk memperoleh gambaran secara kualitatif hubungan antara kegagalan pembangunan hutan dengan faktor-faktor yang telah ditentukan. Faktor-faktor yang dianalisis adalah faktor internal (Perum Perhutani) dan faktor eksternal (masyarakat sekitar hutan). Analisis faktor internal dibatasi pada sejarah pembangunan hutan, struktur organisasi, sistem penanarnan, jenis dan biaya penanaman. Faktor eksternal yang dianalisis adalah kemiskinan masyarakat sekitar hutan, dikaitkan dengan pendapatan dan kebutuhan dasar masyarakat. Petak 45 RPH Tebo BKPH Gombong Selatan merupakan sebuah petak yang telah mengalami kerusakan dalam bentuk kegagalan pembangunan hutan yang ditunjukkan dari status petak 45 sebagai kelas hutan yang tidak produktif. Kegagalan ini disebabkan oleh tekanan penduduk sekitar terutama masyarakat desa Ayah dan ketidakcocokan pengelolaan dengan kondisi lapangan petak 45. Tekanan masyarakat desa Ayah ini dipicu karena adanya defisit pangan (beras), kayu bakar, hijauan makanan ternak. Bentuk-bentuk tekanan masyarakat tersebut disebabkan kemiskinan yang melanda mereka. Sehingga pengelolaan hutan yang baru harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan produktivitas hutan. Menurut Simon, 1994, maka disebut dengan Managemen Regime (MR), yang terbagi menjadi 4 MR. Model pengelolaan hutan yang sesuai adalah model MR III, yang menit:il{beratkan pada produksi kayu bakar. Namun juga diperoleh pangan, dan kayu pertukangan/perkakas bagi Perum Perhutani.

Kata Kunci : Degradasi hutan, Defisit, MR III.

  1. s1-2004-113797_ABSTRACT.pdf  
  2. s1-2004-113797_BIBLIOGRAPHY.pdf  
  3. s1-2004-113797_TABLE_OF_CONTENT.pdf  
  4. s1-2004-113797_TITLE.pdf