Laporkan Masalah

INTERAKSI MASYARAKAT DENGAN HUTAN LINDUNG : TINJAUAN ASPEK SOSIAL EKONOMI (Studi Kasus Dusun Pelemsari di Lereng Selatan Gunung Merapi Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)

Ahmad Mujahidin , Ir, Djuwadi, M.S.

2004 | Skripsi | S1 KEHUTANAN

Keberadaan hutan tidak bisa dilepaskan dari masyarakat di sekitarnya, yang karenanya terjadi hubungan timbal balik antara masyarakat dengan hutan. Bentuk dan intensitas interaksi tersebutbervariasi sesuai dengan karakteristik hutan danmasyarakat, di mana salah satuhal yang menentukan adalah faktor sosial ekonomi masyarakat. Pada kawasan hutan lindung, interaksi yang terjadi menarik untuk dicermati mengingat fungsi ekologisnya yang penting; dalam hal ini interaksi merupakan titik kritis bagi kelestarian hutan. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi masyarakat Dusun Pelemsari di sekitar hutan lindung Gunung Merapi dan melihat hubungannya dengan interaksi masyarakat-hutan, mengidentifikasi bentuk dan pola interaksi, mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat terhadap hutan, dan akhirnya menilai peran masyarakat dalam pelestarianhutan. Metode yang digunakan dalam studi kasusiniadalah metode survaiyang bersifat acak dan non-acak terhadap sampel berupa keluarga dengan menggunakan teknik partisipasi terbatas dalampengumpulandata. Data kemudiandianalisis secaradeskriptif kualitatifdan kuahtitatifserta di sini digunakan teknik korelasi untukmencari hubungan antara berbagai variabel hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Dusun Pelemsari rata-rata berpendidikan rendah (SD), usia kepala ke1uargatermasukproduktif(47.19 tahun), mata pencaharian utama adalah petani (72%), jumlah anggota keluarga dan tenaga kerja sedikit (3.53 dan 2.75 orang), penguasaan lahan milik dan lahan di hutan tergolong luas (0.65 dan 0.97 ha /keluarga). Pendapatan kotor rata-rata keluarga adalah Rp 9,106,801 /tahun yang bersumber dari 4 sektor, berturut-turut dari yang terbesar adalah sektor peternakan (63.50%), lain (25.28%), hortikultura (9.14%), dan tanaman keras (2.08%). Bentukinteraksi masyarakat-hutan lindungdilakukandalam konteks ekonomis, ekologis, dan kultural. Interaksi ekonomis ialah pemanfaatan produk dari hutan yang berupa rumput, kayu bakar, pasir, kayu bangunan, dan tonggak pakis, Interaksi bersifat ekologis dan kultural berupa input moral dan pranata sosial-budaya serta tindakan pelestarian hutan. Intensitas interaksi yang berupa pemanfaatan produk hanya berkorelasi dengan pekerjaan masyarakat, sementara keterganttingan tertinggi terhadap hutan lindung adalah pada produk rumput. Prospek ke1estarian hutan lindung didukung oleh aspek perseptual masyarakat yang positif, terdapatnya kelembagaan untuk mengatur perumputan, dan adanya peluang perluasan kesempatan kerja berbasis pertanian dan pariwisata. Degradasi kualitas hutan lindung dapat berawal dari menguatnya sektor peternakan sebagai tumpuan utama kehidupan masyarakat, sehingga perlu dipikirkan pengalihan ketergantungan rumput dari kawasan hutan dan atau perumusan kembali mekanisme pemanfaatanhutanyang konstruktifdanberkeadilan.

Kata Kunci : interaksi, masyarakat,hutan lindung, sosial ekonomi, kelestarian hutan

  1. S1-2004-106690_ABSTRACT.pdf  
  2. S1-2004-106690_BIBLIOGRAPHY.pdf  
  3. S1-2004-106690_TABLE_OF_CONTENT.pdf  
  4. S1-2004-106690_TITLE.pdf