Pengaruh kandang panggung dan non panggung terhadap kondisi kesehatan kambing Bligon di Kapanewon Imogiri, Pajangan, dan Sanden Kabupaten Bantul
AHMAD FAHRU ROZDI QOMARRUDDIN, 4. Ir. Panjono, S.Pt., M.P., Ph.D., IPM., ASEAN Eng.; Prof. Dr. Ir. Nono Ngadiyono, MS., IPM., ASEAN Eng.
2021 | Skripsi | S1 ILMU DAN INDUSTRI PETERNAKANPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tipe lantai kandang panggung dan non panggung terhadap kesehatan kambing Bligon di Kabupaten Bantul. Penelitian melibatkan 39 peternak kandang panggung dan 32 peternak kandang non panggung sebagai responden. Penelitian dilaksanakan dengan metode survei melalui wawancara peternak dan pengamatan langsung di lapangan. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 79,49% peternak kandang panggung dan 80,65% peternak kandang non panggung masih tergolong usia produktif, 33,33% peternak kandang panggung lulusan SMA dan 37,50% peternak kandang non panggung lulusan SD. Konstruksi kandang kambing peternak menunjukkan bahwa 74,36% kandang panggung dan 62,50% kandang non panggung membujur dari utara ke selatan, 76,92% slat berbahan bambu, 69,23% arah slat sejajar dengan tempat pakan, 0,58���±0,14 m tinggi slat, 61,54% kandang panggung dan 78,12% kandang non panggung memiliki floor space di atas standar. Kejadian kambing terjepit pada kandang panggung sebagian besar terjadi pada slat berbahan bambu (53,33%), slat yang mengarah tegak lurus dengan tempat pakan (58,33%), slat yang berbentuk bulat (75,00%), dan slat yang berjarak 1,7 cm atau lebih (77,27%). Sebagian besar (53,85%) kandang panggung dalam kondisi bersih dan hanya sebagian kecil (34,38%) kandang non panggung dalam kondisi bersih. Tidak ada kambing di kandang panggung yang mempunyai kuku abnormal dan ada 3,12% kambing di kandang non panggung yang mempunyai kuku abnormal. Sebanyak 5,13% kambing di kandang panggung dan 15,63% kambing di kandang non panggung ditemukan menderita skabies. Tidak ada kambing di kandang non panggung yang menderita penyakit pneumonia, dan ada 3,13% kambing di kandang non panggung yang menderita pneumonia. Sebanyak 5,13% kambing di kandang panggung dan 3,13% kambing di kandang non panggung ditemukan menderita kembung. Disimpulkan bahwa kandang panggung beresiko tinggi terhadap kejadian terjepit sedangkan kandang non panggung beresiko lebih kotor dan terjangkitnya penyakit, terutama penyakit skabies dan pneumonia.
This study was aimed to observe the effects of slatted and ground floors on the Bligon goats health conditions in Bantul Regency. Thirty-nine farmers of slatted floor barn owner and 32 farmers of ground floor barn owner were used as respondents. Data was collected using farmer interviews and direct observation methods. The data collected were analyzed by qualitative and quantitative descriptives. The result showed that 79,49% of slatted floor and 80,65% of ground floor barn farmers were in the productive age, 33,33% of slatted floor barn farmers were graduated from senior high school and 37,50% of ground floor barn farmers were only graduated from elementary school. The construction of goat barns for farmers showed that 74,36% of the slatted floor and 62,50% of the ground floor barns stretched from north to south, 76,92% of the slats were made of bamboo, 69,23% were parallel to the feeder, and the distance between slats was 0,58���±0,14 m, 61,54% of the slatted floor and 78,12% of the ground floor barn had floor space which was more than standard. Most of the incidents where goats were pinched were in slatted barns on bamboo slats (53,33%), slats that led perpendicular to the feeder (58,33%), round slats (75,00%), and slats that were 1,7 cm or more apart. Most (53,85%) of slatted barns were in clean, and only 34,38% of ground floor barns were in clean condition. There were no goats in slatted barn that had abnormal claws, and there were 3,12% of goats in ground floor barn that had abnormal claws. As much as 5,13% of goats in slatted barns and 15,63% of goats in ground floor barns were found to suffer from scabies. No goats in slatted barns had pneumonia, and there were 3,13% of goats in the ground floor barns that had pneumonia. As much as 5,13% of goats in slatted barns and 3,13% of goats in ground floor barns were found to suffer from bloat sickness. It is concluded that the slatted floor barn had a high risk of being pinched, while the ground floor barn had a high risk of dirtiness and sickness, especially scabies and pneumonia.
Kata Kunci : kambing Bligon, Kandang panggung dan non panggung, Kejadian terjepit, Penyakit