Kothekan lesung dalam upacara ruwatan di Purwopuran, Jawa Tengah
WAHYUDIARTO, Dwi, Dr. A.M. Hermien Kusmayati
2002 | Tesis | S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni RupaPenulisan tesis ini bertujuan untuk mengkaji peran seni Kothekan Lesung dengan lagu dolanan dalam upacara ruwatan di Purwopuran, Surakarta. Munculnya upacara ruwatan Kothekan Lesung sebagai tradisi baru bagi masyarakat Purwopuran berdasarkan pada harapan masyarakat akan rasa tenteram, setelah terjadi krisis yang melanda kota Sala pada akhir tahun 1998. Sehubungan permasalahan yang akan diungkap menyangkut kehidupan sosio-kultural, maka penulis perlu menggunakan pendekatan dari berbagai sudut pandang seperti antropologi dan sosiologi sebagai landasan dalam mengurai topik permasalahan. Kehadiran upacara ruwatan Kothekan Lesung di Purwopuran, diprakarsai oleh K.R.H. Koesumotanoyo, yaitu sesepuh, paranormal sekaligus penasehat spiritual keraton Kasunanan Surakarta. Pemilihan Kothekan Lesung untuk upacara ruwatan didasari atas konsep Koesumotanoyo, yaitu "Pawitra iking tirta Ingudang lumipur desira sadarum", artinya suci karena air, ada kudangan atau harapan, serta lelipr atau hiburan bagi yang diruwat. Berdasarkan kudangan atau cita-cita dan hiburan inilah maka Kothekan Lesung hadir sebagai bagian dari serangkaian upacara ruwatan di Purwopuran. Keberadaan Kothekun Lesung dengan lagu dolanan sebagai bagian dari upacara ruwatan dirasakan sangat penting dan diperlukan oleh masyarakat pendukungnya. Ternyata Kothekan Lesung dan lagu dolanan mempunyai kandungan makna dan fungsi yang erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat Purwopuran khususnya dan peserta ruwatan pada umumnya. Lesung dan Alu sebagai instrumen musikal dimaknai sebagai simbol kesuburan. Suara gemontang lesung secara tradisi merupakan sarana penolak balak. Adapun syair dari lagu-lagu dolanan yang dilantunkan mengandung makna pendidikan, tuntunan, harapan atau cita-cita bagi manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Ruwatan Kothekan Lesung di Purwopuran merupakan kelanjutan dari nilai-nilai budaya lama yang masih hidup, relevan dan berpotensi untuk dikembangkan, mengingat kehadirannya masih dibutuhkan oleh masyarakat. Kehadiran Kothekan Lesung di tengah-tengah perkembangan seni pertunjukan merupakan bagian kekayaan budaya yang perlu dilestarikan.
The objective of this thesis is investigated the role of "Kothekan Lesung" with dolanan song in the ruwatan ritual at Purwopuran Surakarta. The Ruwatan Kothekan Lesung ritual started as a new tradition for the Punvopuran society. Based on the hope that the community will be peaceful after the crisis those attach Sala City in the end of 1998. In connection with the problem that would be discussed which is related to social cultural life. Therefore, the writer needs to use different perspective for example anthropology, sociology and various fundamentals to reveal the topic. The Ruwatan Kothekan Lesung at Purwopuran presented by K.R.H. Koesumotanoyo. The eldest shaman specialist and spiritual advises of Keraton Kasunanan Surakarta. The choice of Kothekan Lesung for the Purwopuran ritual is based on Koesumotanoyo concept, which is Pawitra Ring Tirta Ingudang Lumipur Desira Sadarum, which means purity, by water, there is ,hope and entertainment, so this is why Kothekan Lesung exsist as a part of ruwatan festival in Purwopuran. The present of Kothekan Lesung with the dolanan song that are a part of mwatan ritual, is feat as'important and necessary by the society that support it. It is evident that the Kothekan Lesung and dolanan song have means and function that is closely related with the life of Purwopuran's society especially and ruwatan participant in general. The ksung and AZu musical instrument are seines as symbolic of purity, the voice gemontang lesung within tradition represent protection against evil. Also the lyric sung in the dolanan song contain educational meaning, guidance, hope or dream for everybody is society. The existence of Ruwatan Kothekan Lesung in Purwopuran is an extension of old cultural values that are still a live, relevant and have potential for development reminding us of is necessity in society. The exsistence of Kothekan Lesung in the center of performing arts development is a part of one rich cultural that must protect and preserved.
Kata Kunci : Musik Tradisional,Kothekan Lesung,Ruwatan