Perempuan Dan Konflik: Potret Perempuan Dalam Foto Jurnalisme Pemenang Pulitzer Prize Kategori Feature Photography Tahun 2018-2020
AULIA SUKMA TRIANDINA, Adam Wijoyo Sukarno, S.IP., M.A.
2021 | Skripsi | S1 ILMU KOMUNIKASIFoto jurnalistik adalah produk jurnalisme yang menggabungkan aspek verbal dan visual secara sekaligus untuk memberitakan sebuah permasalahan kepada khalayak luas. Segera setelah ditemukan, foto jurnalistik menjadi medium visual yang lebih digemari dibandingkan gambar ilustrasi atau karikatur karena dinilai lebih nyata dan objektif. Kenyataannya, foto jurnalistik tidak selalu objektif dalam menggambarkan kondisi yang sebenarnya terjadi. Keberadaannya tidak sekadar berfungsi untuk melaporkan peristiwa, melainkan juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengonstruksi persepsi khalayak tentang isu di balik peristiwa tersebut, tak terkecuali isu perempuan dan konflik kemanusiaan. Bukan hal yang sulit untuk menemukan subjek perempuan dalam foto jurnalistik bertema konflik kemanusiaan, namun untuk mengetahui bagaimana perempuan-perempuan tersebut direpresentasikan tentu membutuhkan analisis lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna yang terkandung dalam foto-foto dengan subjek perempuan dalam konflik kemanusiaan yang menjadi pemenang Pulitzer Prize kategori Feature Photography. Pengamatan dilakukan terhadap 16 foto yang memenangkan penghargaan di tahun 2018-2020. Foto-foto tersebut dianalisis dengan metode semiotika Roland Barthes. Metode tersebut menggunakan dua tahap signifikansi yang menghasilkan makna denotasi, konotasi, dan mitos. Hasilnya, mayoritas foto-foto pemenang Pulitzer Prize mengandung makna bahwa perempuan masih dianggap sebagai sosok minor dalam konflik kemanusiaan. Perempuan cenderung dibingkai sebagai korban yang tidak berdaya, bukan sebagai aktor yang terlibat aktif dalam konflik kemanusiaan. Foto-foto pemenang juga masih didominasi oleh gambaran yang mengkotak-kotakkan perempuan dalam peran sosial yang bersifat konservatif sehingga belum mampu merepresentasikan kesetaraan gender dalam resolusi konflik.
Photojournalism is a product of journalism that simultaneously combines verbal and visual aspects to report an event to the audience. As soon as it was discovered, photojournalism became a more popular visual medium than illustrations or caricatures because it was considered more real and objective. In fact, photojournalism is not always objective in describing the actual conditions. Its existence not only serves to report events, but can also be used as a tool to construct public perceptions of the issues behind these events, including women's issues and humanitarian conflicts. It is not difficult to find female subjects in photojournalism with the theme of humanitarian conflict, but to find out how these women are represented certainly requires further analysis. This study aims to determine the meaning behind the photographs with female subjects in humanitarian conflicts who won the Pulitzer Prize for the Feature Photography category. Observations were made on 16 award-winning photos in 2018-2020. The photos were analyzed using Roland Barthes' semiotics method. The method uses two orders of signification which produce denotative, connotative, and mythical meanings. As a result, the majority of Pulitzer Prize-winning photographs convey the meaning that women are still considered as minor figures in humanitarian conflicts. Women tend to be framed as helpless victims, not as actors who are actively involved in humanitarian conflicts. The winning photos are also still dominated by images that divide women in conservative social roles so that they have not been able to represent gender equality in conflict resolution.
Kata Kunci : foto jurnalistik, foto feature, perempuan, konflik kemanusiaan, Pulitzer Prize, semiotika Roland Barthes