Meninggalkan Agama: Identifikasi, Stigma, dan Diskriminasi Warga Non-Agama di Indonesia
KRISNA YOGI PRAMONO, Dr. Zainal Abidin Bagir
2021 | Tesis | MAGISTER AGAMA DAN LINTAS BUDAYAStudi ini mengkaji proses konstruksi identitas non-agama, serta strategi yang diterapkan untuk menegosiasikan posisi yang dianggap menyimpang berdasarkan wacana ideologi hegemonik. Data utamanya adalah narasi hidup warga negara Indonesia yang menyatakan diri tidak beragama, sementara tetap tinggal di tengah masyarakat yang mengukuhkan keagamaan sebagai dasar fundamental bagi identitas dan standar moral warganya. Untuk menggambarkan pergulatan mereka, pertama, wacana dominan mengenai agama di Indonesia (yang dalam wacana ini tidak beragama dipahami secara sempit dan peyoratif) diulas dan dibandingkan dengan perspektif informan mengenai ketidakberagamaan mereka. Kedua, narasi hidup informan disituasikan dalam skema Lintasan Keluar dari Agama untuk memahami dinamika proses dan faktor-faktor yang terlibat dalam konstruksi identitas non-agama. Ketiga, pengalaman informan menerima stigma dan diskriminasi, serta tindakan identifikasi yang diterapkan untuk menanggapi stigma dan diskriminasi tersebut dielaborasi. Beragamnya bangunan identitas non-agama, yang terbentuk sebagai hasil kombinasi antara negasi dan afirmasi identitas religius, serta operasionalisasi tindakan identifikasi sebagai seorang yang religius dan non-religius secara cair dan situasional, menunjukkan bahwa non-agama adalah posisi yang meninggalkan, tapi tetap terikat dengan agama.
This study examines the construction process of an identity that is contrary to the ascribed identity and counters the hegemonic ideological discourse and the strategies to negotiate its deviant position. The primary data is the narrative accounts of Indonesian who self-proclaimed as having no religion while living in a society that affirms religion as a fundamental basis of its citizen's identity and moral standards. To portray their struggles, first, the dominant discourse on religion in Indonesia (in which nonreligion is understood in a narrow and pejorative way) is reviewed and compared with the informants' descriptions of their non-religiosities. Second, the informants' narrative accounts are situated in the Trajectories to Nonreligion scheme to understand the dynamics of the process and the factors involved in constructing non-religious identity. Third, the informants' experiences in receiving stigma and discrimination and the acts of identification applied to respond to the stigma and discrimination are elaborated. The diversity of non-religious identity structures (which are formed as a combination of negation and affirmation of religious identity) and acts of identification operationalization (as a religious and non-religious person in a fluid and situational way) shows that non-religion is satisfactorily described as leaving yet related to religion.
Kata Kunci : non-agama, pendekatan relasional, konstruksi identitas, stigma, tindakan identifikasi