Wacana Maternal Horror dalam Dua Film Joko Anwar: Pengabdi Setan (2017) dan Perempuan Tanah Jahanam (2019)

ANNISSA WINDA, Dr. Budi Irawanto,

2021 | Tesis | MAGISTER KAJIAN BUDAYA DAN MEDIA

Sosok ibu, aspek keibuan, dan aktivitas yang berkaitan dengan reproduksi ditempatkan sebagai potensialitas atas horor dan sumber kutukan sehingga menyusun peta wacana dalam khasanah film horor Indonesia; maternal horror. Pengabdi Setan (2017) dan Perempuan Tanah Jahanam (2019), merupakan dua film yang memanfaatkan formula maternal horror dengan corak penekanan yang berbeda. Kedua film yang disutradarai oleh Joko Anwar tersebut tidak hanya meraup banyak penonton, namun juga memperkenalkan tatanan intertekstualitas horor yang distingtif: membawa nuansa folklor namun sekaligus menjadi bagian dari peta wacana regional dan global atas horror di dunia. Penelitian ini berusaha untuk mengelaborasi wacana maternal horror dalam kedua film tersebut, dengan mengandalkan sintesis dari analisis wacana model Norman Fairclough (1995), dan analisis wacana multimodal Gunther Kress & Theo van Leeuwen (2001). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kedua film tersebut, terlepas dari berbagai kebaruan: terutama pada segi ikonografi dan plot naratif yang kreatif karena memiliki lapisan intertekstualitas dengan wacana horor di level regional dan global; serta penolakan terhadap pemosisi religi sebagai elemen kuratif atas horor yang menjadi ciri khas film horor Indonesia pada periode Orde Baru, tetapi tidak beranjak dari wacana maternal horror yang konservatif. Pengabdi Setan (2017) dan Perempuan Tanah Jahanam (2019) tetap mendekati narasi horor keibuan dengan asumsi bahwa penanggung konsekuensi dari kegiatan reproduksi adalah ibu, serta ibu ditempatkan sebagai sentral teror dengan karakteristik ketakutan khas film horor pada periode Orde Baru.

The figure of the mother, aspects of motherhood, and activities related to reproduction are placed as potentialities for horror and a source of curse so as to form a discourse map in the repertoire of Indonesian horror films; maternal horror. Pengabdi Setan (2017) and Perempuan Tanah Jahanam (2019), are two films that use the maternal horror formula with different emphasis. The two films directed by Joko Anwar not only attracted large audiences, but also introduced the distinctive intertextuality order of horror: bringing the nuances of folklore but at the same time becoming part of the regional and global discourse map on horror in the world. This study attempts to elaborate on the discourse of maternal horror in the two films, relying on the synthesis of the discourse analysis model of Norman Fairclough (1995), and the multimodal discourse analysis of Gunther Kress & Theo van Leeuwen (2001). The results of this study indicate that the two films, apart from various novelties: especially in terms of iconography and narrative plots are creative because they have layers of intertextuality with horror discourse at regional and global levels; and the rejection of religious positioning as a curative element of horror which became the hallmark of Indonesian horror films in the New Order period, but did not move from the conservative discourse of maternal horror. Pengabdi Setan (2017) and Perempuan Tanah Jahanam (2019) continue to approach the narrative of maternal horror with the assumption that the bearer of the consequences of reproductive activities is the mother, and the mother is placed as the center of terror with fear characteristics typical of horror films in the New Order period.

Kata Kunci : Discourse, Horror movies, Maternal Horror, Mother, Woman