Laporkan Masalah

Poor but Happy: Life Struggle and The Meaning of Happiness Among the Poor in Yogyakarta

LU'LU' HUSNUL MUTHIA, Dr. Falikul Isbah

2021 | Tesis | MAGISTER SOSIOLOGI

Survei Sosioekonomi Nasional Indonesia tahun 2019 menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan Yogyakarta adalah sebesar 11.44%, lebih tinggi dari tingkat nasional sebesar 9.22%. Sementara itu, Indeks Kebahagiaan Nasional pada tahun 2014 dan 2017 menunjukkan Yogyakarta berada di antara provinsi dengan ranking tertinggi. Penelitian ini mengikuti studi Narayan dan kawan-kawan yang berjudul "Voices of the Poor Volume 1 dan 2" pada tahun 1999 dan 2000 untuk mengetahui situasi empiris orang miskin di Yogyakarta dan arti kebahagiaan di antara mereka. Studi ini berpendapat bahwa orang miskin dapat mengakui bahwa mereka bahagia karena berbagai penyebab. Namun, selama mereka masih hidup dalam kondisi dalam keterbatasan dan menderita, mereka tidak bahagia. Proyek ini menerapkan pendekatan naratif untuk mengeksplorasi dua pertanyaan utama. Pertama, Bagaimana hidup Anda saat ini? Bagaimana Anda mengatasi keadaan kemiskinan anda? untuk mengungkapkan hubungan antara kemiskinan dan kebahagiaan. Hasil menunjukkan bahwa orang miskin di Yogyakarta tidak bahagia hidup dalam kemiskinan. Namun, mereka menyatakan bahwa mereka bahagia dengan kehidupan mereka karena beberapa alas an, di antaranya mengacu pada sistem kepercayaan mereka dan budaya lokal yang hidup hingga saat ini. Pernyataan itu tercermin pada sikap nerimo. Dengan mengaplikasikan sikap tersebut, mereka berharap adanya peningkatan kondisi psikologis mereka.

The Indonesian National Socioeconomic Survey in 2019 showed that Yogyakarta's poverty rate is 11.44 %, higher than the national rate of 9.22%. Meanwhile, the National Human Happiness Index in 2014 and 2017 showed that Yogyakartans are among the top rank of the survey. Following Narayan et al.'s work of Voices of The Poor Volume 1 and 2 in 1999 and 2000, this study attempts to investigate the empirical situation of the poor and the meaning of happiness among them. It argues that the poor can admit that they are happy for many reasons. However, as long as they still live under suffering conditions, they are not happy. This project applied a qualitative-narrative approach to explore two main questions. First, how is your life currently?, and how do you deal with your poverty circumstances? to reveal the relationship between poverty and happiness. Results showed that the poor are not happy living in poverty. However, they might state that they are happy with their life due to some reasons referring to their belief system and local living culture. That statement reflects their attitude of being nerimo, so that they hoped for the improvement of their psychological wellbeing.

Kata Kunci : poverty, happiness

  1. S2-2018-449287-abstract.pdf  
  2. S2-2018-449287-bibliography.pdf  
  3. S2-2018-449287-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2018-449287-title.pdf