Laporkan Masalah

Mengada sebagai strategi budaya dalam pandangan Erich Fromm

KUMARI, Fatrawati, Prof.Dr. Hj. Djuretna Adi I.M., MA

2002 | Tesis | S2 Ilmu Filsafat

“Mengada” adalah salah satu pemikiran Erich Fromm yang merupakan hasil sintesis dari pemikiran psikoanalisis Sigmund Freud dan pemikiran sosial Karl Man. “Mengada” adalah suatu model eksistensi fundamental manusia yang dibedakan dengan model eksistensi “memiliki”. Mengada dapat juga dipahami sebagai cara berada manusia secara eksistensial yang menentukan totalitas perbuatan, pemikiran, dan perasaan manusia. Karakter fundamental “mengada” adalah aktif, yaitu kecenderungan untuk melakukan segala sesuatu dengan kesadaran penuh, tidak teralienasi dan memiliki efek sosial. “Mengada” memiliki dua fungsi, yaitu sebagai orientasi dasar manusia dan sebagai strategi budaya. Tesis ini berusaha meneliti bagaimana “mengada” dalam fungsinya yang kedua, yaitu sebagai strategi budaya dan relevansinya bagi pembangunan nasional. Objek formal tesis ini adalah filsafat kebudayaan van Peursen. Metode yang digunakan adalah hermenetik-filosofis dan dianalisis dengan cara interpretasi, koherensi intern, kesinambungan historis dan komparasi. Penelitian ini menemukan bahwa, mengada sebagai strategi budaya, merupakan dasar penggerak manusia untuk melakukan perubahan sosial, dari dominasi memiliki kepada mengada. Perubahan dilakukan dengan cara mengubah arah perkembangan masyarakat yang sebelumnya ditentukan oleh struktur ekonomi, menjadi perkembangan masyarakat berdasarkan karakter sosial (mengada). Jika sebelumnya, struktur ekonomi menentukan karakter sosial, gagasan dan tujuan-tujuan sosial, maka pemikiran Fromm menunjukkan, bahwa karakter sosial menentukan perkembangan masyarakat. Tujuan utama strategi budaya adalah untuk menciptakan “manusia dan masyarakat baru”. “Mengada” sebagai strategi budaya relevan dengan pembangunan Nasional yang memerlukan reorientasi, agar seimbang antara pembangunan material (seperti ekonomi) dan pembangunan non-material (seperti makna hidup), selain itu sebagai kritik atas kekuasaan kapitalisme Barat di Indonesia.

“To be” is one of Erich Fromm’s thoughts which is the synthesis of Freud’s psycho-analyses and Marx’s social thought. “To be” is a fundamental mode of human existence, which is distinguished from an existential mode of “to have“. “To be” also can be understood as a way of human being to exist existentially. “To be” determines the totality of human actions, thoughts, and senses. The fundamental character of “to be” is active that means the inclination to do something with full consciousness, not alienated, and having social effects. “To be” has two functions i.e. as human’s basic orientation, and cultural strategy. As basic orientation, “to be” is the basic of individual acts, thoughts and sense. This thesis attempts to research the second function, that is “to be” as a cultural strategy and its relevance to our National Development. The formal object of this research is van Peursens’ philosophy of culture. The method of this research is philosophical hermeneutics, which analyses by interpretation, internal coherence, historical continuity and comparison. The research found out that “to be” as a cultural strategy was the basic of human endeavors to make social changes from the domination of “to have” to “to be”. The change was done by changing the course of the development of society which previously determined by economic structure into a development of society based an social character (“to be”). If previously, economic structure determined social character, ideas and social purposes, Fromm’s thought shows the other way round, that is, the social character determined the development of society. The main purpose of cultural strategy is to make “a new man and society”. “To be” as a cultural strategy is relevant with OUT National Development which needs re-orientation to be equal of material development (such as economy) and non-material development (such as the meaning of life), besides it is as a criticism of western capitalism in Indonesia.

Kata Kunci : Filsafat Kebudayaan,Erich Fromm, To Be, To Have, Active, Cultural Strategy, a New Man and a New Society


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.