Diskursus tentang modernitas antara Jurgen Habermad dan Michel Foucault :: Suatu tinjauan epistemologi
NURCAHYONO, Arinto, Dr. Hardono Hadi
2002 | Tesis | S2 Ilmu FilsafatPertengahan Abad ke-20, modernisme sebagai kekuatan yang membawa manajemen rasional bagi kehidupan manusia mendapBt kritikaa lajam dari apa yang disebut postmodernisme. Dalam dunia filsafat, kritik tehadap modernisme melahirkan pemikim-pemikiran yang cemerlang bahkan orisinal. Diantara mereka yang kritis terhadap modernisme muncullah dua nama yang cukup disegani dalam dunia pemikiran filsafat kontemporer yakni Michel Foucault dan Jurgen Habemas. Keduanya terlibat diskurus yang sangat cerdas dam rangka kritjknya terhadap modernisme, meskipun masing-masing memiliki permikiran yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk menguak diskursus antara Foucault dan Habermas tentang modernitas dalam perspektif epistemologi, lebih spesifik lagi tentang rasio subjek atau rasio yang berpusat subjek. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah hermeneutika filosofis dengm unsur-unsur metodis sepert: komparasi, interpretasi dan kesinambungan historis. Bagi Habermas modernisme adalah proyek yang tidak pernah selesai, Habermas masih percaya terhadap kekuatan rasio pencerahan dan yang harus dibongkar dan dikritik yakni cacat-cacat yang ada pada modernitastas itu sendiri. Cacat-cacat itu adalah ketika orang terjebak dalam rasio instrumentalis, atau rasio yang berpusat pada subjek Sedangkan Foucault melakukan agresi total terhadap rasio subjek. Foucault menolak adanya pemikiran yang objektiE Bagi Foucault manusia tidak dapat melampaui batas sejarah dan masyarakat sebab manusia tidak dapat mencapai suatu titik puncak untuk memberitakan pengetahuan yang pasti dan universal. Habermas melontarkan gagasannya tentang rasio komunikatif. Rasio komunikatif bersifat intersubjektif dan merupakan negasi terhadap rasio yang berpusat pada subjek. Rasio komunikatif mengandaikan adanya konsep persetujuan atau konsensus yang berdasarkan pada rasio, dan adanya keterlibatan diri dalam tindakan komunikatif. Sedangkan bagi Foucault pengetahuan itu tidak diperoleh bersandarkan pada subjek melainkan adanya keterkaitan antara kekuasaan dan pengetahuan. Sistem kebenaran berada dalam hubungan timbal balik dengan sistem kekuasaan. Kekuasaan menciptakan pengetabuan. Kekuasaan dan pengetahuan saling menghasilkan. Tidak ada kekuasaan tanpa hubungan dengan bidang pengetahuan tertentu.
In the middle of the twentieth century, modernism as a force to bring rational management for the human life has been questioned by the so called postmodernism. In philosophy, critics towards modernism have even brighter ideas and thoughts, even the original ones. Among those who criticized modernism, there were two names grudgingly adored within the contemporary philosophcal thinking, i.e. Michel Foucault and Jurgen Habermas. Both philosophers have been involved in a very smart discourse on their critics towards modernism, even though each has his own different thinking. This research is aimed to expose the discourse between Foucault and Habermas upon modernity using the epistemological perspective, specifically on the subject ratio or ratio centered on a subject. This research applied philosophy hermeneutics using the methods such as: comparison, interpretation, and historical continuity. To Habermas, modernism is an unfinished project. Habermas still believed in the power of enlightenment ratio and what had to be replaced and criticized, namely, glitches on modernity itself. Those are when people were trapped into instrumentalist ratios, or subject centered reason. While Foucault totally attacked the subject ratio. Foucault denied any objective thinking ever existed. To Foucault, man could never outstep the limit of history and civilization, because man had not reached a peak to spread the infinite and universal knowledge. Habermas confirmed his thought upon the communicative ratio. Communicative ratio has an inter-subjective properties and is a negation upon ratio centered on subject. Communicative ratio assumes that concept of agreement or consensus is based on ratio, and the self-involvement into the communicative action. As to Focault, knowledge was never gained based on subject but rather on the relation between power and knowledge. The truth system was in the mutual relation with the power system. Power created knowledge. Power and knowledge yielded to each other. There was never any power without a relation to certain knowledge
Kata Kunci : Filsafat Epistemologi,Modernitas,Jurgen Habermas dan Foucault, modernism, subject centered reason, communicative ratio, consensus, power/knowledge.