studi kasus pemanfaatan sampah plastik menjadi ecobrick pada siswa sekolah lansia di Bantul

AFREZAH, Dr. Dra. Retna Siwi Padmawati MA & dr. Hayu Qaimamunazzala MPH

2021 | Tesis | MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Latar belakang: Di Kabupaten Bantul timbulan sampah terus meningkat setiap tahunnya. Persentase sampah plastik sebesar 8% yang merupakan urutan kedua terbanyak dari komposisi timbulan sampah. Sampah plastik tidak bisa terurai secara alami dan membutuhkan waktu yang lama untuk terurai di lingkungan. Salah satu cara untuk mengurangi timbulan sampah plastik ialah dengan mengelola sampah plastik menjadi ecobrick. Pembuatan ecobrick ini dilakukan di sekolah lansia Desa Pendowoharjo Sewon Bantul. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran hasil dalam pelaksanaan pembuatan ecobrick yang dihasilkan oleh siswa sekolah lansia. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis kegiatan dalam pemanfaatan sampah plastik menjadi ecobrick pada siswa sekolah lansia. Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus. Partisipan penelitian terdiri dari siswa sekolah lansia, pengajar dan pengelola sekolah lansia berjumlah 12 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan ialah purposive sampling. Analisis data yang digunakan ialah secara tematik yaitu menganalisis data dengan tujuan untuk mengidentifikasi pola dan menemukan tema melalui data yang telah dikumpulkan. Hasil Penelitian: Gambaran pelaksanaan pemanfaatan sampah plastik menjadi ecobrick yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap monitoring dan evaluasi. Faktor yang menjadi pendorong dalam kegiatan pembuatan ecobrick meliputi pengetahuan, persepsi, sikap, dukungan teman sesama lansia, adanya apresiasi dari pengajar. Hambatan pembuatan ecobrick faktor fisik yang dimiliki lansia, bahan baku sampah plastik yang kurang serta kejenuhan lansia dalam membuat ecobrick. Hasil kegiatan pembuatan ecobrick ini dinilai dari kuantitas yaitu sebulan tiga sampai empat ecobrick, hasil secara kualitas yaitu berat ecobrick sesuai standar dan dibuat dalam bentuk meja, kursi, hiasan sehingga lebih bernilai. Perubahan lingkungan setelah adanya ecobrick tidak ditemukan sampah plastik yang dibuang sembarangan dan tidak ada pembakaran sampah plastik. Kesimpulan: Siswa sekolah lansia telah melaksanakan kegiatan pembuatan ecobrick sehingga memberikan dampak pada kesehatan lingkungan menjadi lebih baik dan saran untuk stakeholder pemerintah desa, puskesmas dan dinas lingkungan hidup dapat mereplikasi kegiatan serupa yaitu pemanfaatan sampah plastik menjadi ecobrick bagi kelompok lanjut usia.

Background: In Bantul Regency, waste generation continues to increase every year. The percentage of plastic waste is 8% which is the second largest in the composition of waste generation. Plastic waste cannot decompose naturally and takes a long time to decompose in the environment. One way to reduce the generation of plastic waste is to manage plastic waste into ecobricks. The making of this ecobrick was carried out at an elderly school in Pendowoharjo Village, Sewon, Bantul. For this reason, it is necessary to measure the results in the implementation of making ecobricks produced by elderly school students. Objective: The purpose of this study was to analyze activities in the use of plastic waste into ecobricks for elderly school students. Methods: This type of research is a qualitative research with a case study design. The research participants consisted of elderly school students, teachers and senior school managers totaling 12 people. The sampling technique used is purposive sampling. The data analysis used is thematically analyzing data with the aim of identifying patterns and finding themes through the data that has been collected. Research Results: An overview of the implementation of the use of plastic waste into ecobricks, namely the preparation stage, implementation stage and monitoring and evaluation stage. Factors that drive ecobrick-making activities include knowledge, perceptions, attitudes, support from fellow elderly friends, appreciation from teachers. Barriers to making ecobricks are physical factors that the elderly have, the lack of raw materials for plastic waste and the saturation of the elderly in making ecobricks. The results of this ecobrick making activity are assessed from the quantity, namely three to four ecobricks a month, the quality results are the weight of the ecobricks according to the standard and made in the form of tables, chairs, decorations so that they are more valuable. Environmental changes after the ecobricks did not find plastic waste that was thrown carelessly and there was no burning of plastic waste. Conclusion: Elderly school students have carried out ecobricks making activities so that they have an impact on environmental health for the better and suggestions for village government stakeholders, health centers and environmental services can replicate similar activities, namely the use of plastic waste into ecobricks for the elderly group.

Kata Kunci : ecobrick, sekolah lansia, lingkungan, sampah plastik