KARAKTERISTIK ARSITEKTUR PECINAN PADA KAWASAN KORIDOR JALAN KETANDAN LOR, YOGYAKARTA
SITI MUNAWARAH P, Dr. Ir. Djoko Wijono, M. Arch
2021 | Tesis | MAGISTER ARSITEKTURPecinan sudah ada di Indonesia sejak abad ke 5 Masehi. Kebudayaan yang dibawa masyarakat China dari Tiongkok tidak hanya unik dalam ranah sistem kebudayaan tetapi juga dalam ruang tempat tinggalnya sebagai sistem fisiknya. Penelitian ini merupakan eksplorasi arsitektur kawasan pecinan di kampung Ketandan lor, Yogyakarta. Kawasan Kampung Ketandan saat ini merupakan salah satu Kawasan Cagar Budaya yang telah berumur lebih dari 200 tahun. Kawasan Koridor Jalan Ketandan Lor dipilih menjadi lokus karena pertimbangan keramaian serta kompleksitas penggunaan lahan yang lebih tinggi dibanding penggal jalan lain di Kampung Ketandan, oleh karenanya berpengaruh besar dalam pembentukan karateristik kawasan pecinan di Yogyakarta. Tujuan penelitian adalah memahami konfigurasi ruang yang terbentuk pada skala koridor kawasan yang ditelusuri berdasarkan konsep kosmologi masyarakat Tionghoa di Indonesia berikut karakteristik arsitektur kawasan pecinan secara umum. Penelitian dilakukan dengan analisis kualitatif-induktif dan komparatif terhadap data yang diperoleh dengan metode observasi. Penelitian menghasilkan kesimpulan bahwa Konsep Kosmologi tidak diaplikasikan secara menyeluruh. Ditemukannya beberapa perbedaan karakteristik arsitektur pecinan yang disebabkan oleh adanya upaya adaptasi terhadap lingkungan (budaya, social, dan fisik) setempat. Hasil penelitian merupakan ujud kontribusi substantial terhadap keragaman arsitektur pecinan pada skala kawasan, yang selanjutnya menjadi bahan penting dalam pertimbangan pengelolaan Kawasan Pecinan di Kawasan Koridor Ketandan Lor.
Chinatown has existed in Indonesia since the 5th century AD (Anno Domini). The culture brought by Chinese people from China is not unique in the realm of the cultural system but also in the space in which they live as their physical system. This research is an architectural exploration of the Chinatown area in Ketandan Lor Village, Yogyakarta. The Ketandan Village area is currently one of the Cultural Conservation Areas that has more than 200 years of age. The area of Ketandan Lor street corridor was chosen as the locus because of the consideration of crowds and the complexity of land use which is higher than other sections of the road in Ketandan village, therefore it has a major influence on the formation of the characteristics of the Chinatown area in Yogyakarta. The purpose of this research was to understand the spatial configuration that is formed on the scale of the regional corridor which is traced based on the cosmological concept of the Chinese community in Indonesia and the architectural characteristics of the Chinatown area in general. The research was conducted using a qualitative-inductive and comparative analysis of the data obtained by the observation method. The research concludes that the concept of Cosmology is not fully applied. Several differences in the characteristics of Chinatown architecture were found due to adaptation efforts to the local (cultural, social, and physical) environment. The results of the research are a form of substantial contribution to the diversity of Chinatown architecture at the regional scale, which in turn becomes an important material in the consideration of Chinatown management in the Ketandan Lor Corridor Area.
Kata Kunci : arsitektur kawasan pecinan, konsep kosmologi, adaptasi terhadap lingkungan setempat