Laporkan Masalah

Menilai Dampak Kebijakan RED II Uni Eropa terhadap Indikator Ekonomi Indonesia dan Regional: CGE Analysis

M. RIZQY HIDAYATSYAH, Gumilang Aryo Sahadewo, M.A., Ph.D.

2021 | Tesis | Magister Ekonomika Pembangunan

Indonesia saat ini merupakan produsen terbesar minyak sawit di seluruh dunia.Sebagai produsen terbesar minyak sawit, Indonesia melihat kebutuhan akan konsumsi dan pangsa pasar minyak sawit yang terus meningkat sebagai peluang untuk mendorong pertumbuhan ekspor. Potensi permintaan akan minyak sawit terus mingkat di tengah tuntutan dunia untuk mencari sumber energi alternatif sebagai pengganti sumber energi yang berasal dari fosil. Akan tetapi, melalui kebijakan RED II, Uni Eropa justru telah menetapkan minyak sawit sebagai bahan baku energi terbarukan yang masuk kategori berisiko tinggi dan tidak berkelanjutan melalui skema ILUC. Kebijakan ini tentunya berpotensi memberikan dampak langsung pada menurunnya permintaan. Penelitian ini bertujuan menilai potensi dampak yang terjadi dari RED II yang dikeluarkan oleh Uni Eropa terhadap perekonomian Indonesia dan regional. Dengan alat analisis CGE model Indoterm, didapatkan hasil bahwa kebijakan RED II secara utuh dalam jangka panjang berdampak pada PDB riil yang mengalami kontraksi dengan nilai 0,023 persen. Dari tujuh regional dalam penelitian ini, regional Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi juga turut mengalami kontraksi. Sedangkan regional lainnya justru mengalami pertumbuhan ekonomi. Dari total 20 industri dalam perekonomian Indonesia dalam penelitian ini, 14 diantaranya mengalami mengalami dampak negatif atas kebijakan RED II ini. Sedangkan, jika pemerintah Indonesia mampu melakukan upaya-upaya yang meyakinkan Uni Eropa bahwa minyak sawit Indonesia merupakan sumber bahan bakar energi yang berkelanjutan sehingga tidak terjadi pelarangan impor minyak sawit, maka hal ini berpotensi memberikan dampak positif terhadap perekonomian Indonesia walaupun dengan nilai yang kecil.

Indonesia is currently the largest producer of palm oil worldwide. As the largest palm oil producer, Indonesia sees the growing demand for palm oil consumption and market share as an opportunity to boost export growth. The potential demand for palm oil continues to increase amid global demands to find alternative energy sources to replace fossil energy sources. However, through the RED II policy, the European Union has instead designated palm oil as a renewable energy raw material categorized as high risk and unsustainable through the ILUC scheme. This policy certainly has the potential to have a direct impact on declining demand. This study aims to assess the potential effects of RED II issued by the European Union on the Indonesian and regional economies. With the Indoterm model CGE analysis tool, the result shows that the RED II policy as a whole in the long term impacted real GDP, which experienced a contraction of 0,023 percent. Of the seven regions in this study, Sumatra, Kalimantan, and Sulawesi also experienced contractions. Meanwhile, other regions experienced economic growth. Of the total 20 industries in the Indonesian economy in this study, 14 of them experienced a negative impact on the RED II policy. Meanwhile, suppose the Indonesian government can convince the European Union that Indonesian palm oil is a sustainable source of energy fuel so that there is no ban on palm oil imports. In that case, this can have a positive impact on the Indonesian economy, even if it is of small value.

Kata Kunci : CGE, Indoterm, Renewable Energy Directive, Sawit, Pertumbuhan Ekonomi, Regional

  1. S2-2021-452365-abstract.pdf  
  2. S2-2021-452365-bibliography.pdf  
  3. S2-2021-452365-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2021-452365-title.pdf