POLITIK IDENTITAS ETNIS TIONGHOA BERAGAMA BUDDHA DI YOGYAKARTA
DENSITI DEVITA S G, Dr. Dewi Haryani Susilastuti, M.Sc; Dr. Hakimul Ikhwan, M.A
2021 | Tesis | MAGISTER KEPEMIMPINAN DAN INOVASI KEBIJAKANKeberadaan etnis Tionghoa beragama Buddha di Yogyakarta merupakan sebuah fenomena minoritas di dalam minoritas. Dalam perkembangan sejarahnya etnis Tionghoa kerap kali memiliki stigma negatif di masyarakat yang menjadikan mereka bingung akan identitas mereka. Penelitian ini bermaksud untuk menggali identitas apa yang etnis Tionghoa lekatkan pada diri mereka. Hal ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana etnis Tionghoa membangun identitasnya melalui sudut pandang dan melacak strategi yang digunakan dalam menunjukkan eksistensinya di masyarakat. Peran pemerintah dalam membangun pluralisme dan masyarakat multikultural melalui kebijakan yang dikeluarkan. Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan teori politik identitas, reproduksi sosial dan inovasi kebijakan sebagai alat analisis. Lokasi penelitian dilakukan di Kota Yogyakarta dengan menerapkan metode penelitian kualitatif dimana data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan pengumpulan dokumen. Melakukan wawancara dengan sebelas orang berlatar belakang etnis Tionghoa beragama Buddha yang telah menetap lebih dari belasan tahun di Yogyakarta serta berasal dari berbagai macam latar pekerjaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya keterkaitan pembentukan identitas politik etnis Tionghoa dengan kelas sosial di masyarakat. Kelas sosial menjadi jembatan bagi etnis Tionghoa dalam menunjukkan eksistensinya di masyarakat serta seiring dengan mendapatkan bentuk perlindungan di masyarakat. Masing-masing kelas sosial akan berkontribusi sesuai dengan kapasitas, loyalitas, keaktifan, kedermawanan dan sosialisasi menjadi strategi kunci dalam penguatan identitasnya. Berjalan seiring, terlepas dari bagaimana banyaknya bentuk diskriminasi yang telah dirasakan, etnis Tionghoa masih memegang tanggung jawab penuh atas reproduksi sosial adat dan budaya dengan tetap menurunkan nilai-nilai warisan leluhur mereka secara turun-temurun baik secara praktik dan teoritis. Ini dapat terlihat dari pelaksanaan ritual adat dan budaya yang masih dilakukan hingga saat ini. Dalam pembentukan identitas dan proses reproduksi sosial etnis Tionghoa, tentunya tidak terlepas dari bagaimana peran pemerintah melalui kebijakan yang dikeluarkan. Meskipun bentuk diskriminasi masih dapat dirasakan hingga saat ini pemerintah dianggap telah berhasil dalam membangun masyarakat multikultural di Indonesia melalui kebijakan yang inovatif.
The existence of Chinese ethnic community that follows Buddhism in Yogyakarta is a phenomenon of minority within minority. In the history of development, people from Chinese ethnic community often has a negative stigma in the society that makes them confused with their own identity. This research aim to explain how people with Chinese ethnicity build their identity from their point of view and track the strategies used to show their existence on the society. The role of the government in building pluralism and multicultural society is through the issued policies. This research is done using identity politics theory, social reproduction and policy innovation as analysis tools. The location in which this research is done is in Yogyakarta using qualitative method where the data is collected through interview, observation, and secondary data. The researcher is conducting interviews with eleven people from Chinese ethnic that have Buddhist religion and have lived in Yogyakarta for more than 10 years. The interviewees also have different work background. The result of this research shows that there is a connection between the formations of identity politics in Chinese ethnic community with the social class in the society. The social class acts as a bridge for Chinese ethnic community to show their existence in the society along with having protection in the society. Each of social class will contribute in accordance with their capacity, loyalty, liveliness, generosity, and socialization. This has become their key strategy for strengthening their identities. Regardless of many discrimination that has been faced, people from Chinese ethnicity still holds their responsibility for the social reproduction about their customs and culture and still passing down their values to the younger generation in the form of both practice and theoretic. This can be seen from many rituals that still done until now. The government also plays an important role in the formation of Chinese ethnic identities through their policies. Although much discrimination are still faced by Chinese ethnicity people, up until now, the government role in building a multicultural society in Indonesia through innovative policies is considered successful.
Kata Kunci : politik identitas, reproduksi sosial, inovasi kebijakan, Tionghoa; Buddha