Laporkan Masalah

EVALUASI PROGRAM SEMBAKO DI INDONESIA

MIDDIA MARTANTI DEWI, Dr. Sukamdi, M.Sc.; Dr. Evita Hanie Pangaribowo, Midec

2021 | Tesis | MAGISTER KEPENDUDUKAN

Salah satu program penanggulangan kemiskinan di Indonesia adalah bantuan pangan. Berbagai perbaikan dilakukan terhadap program bantuan pangan mulai dari basis data penerima program, besaran nilai bantuan, dan terakhir adalah metode penyaluran bantuan. Metode penyaluran bantuan yang sebelumnya dilakukan secara tunai berupa beras diubah menjadi non tunai berupa e-voucer yang bisa ditukarkan dengan berbagai komoditas bahan pangan di e-warong yang disebut dengan Program Sembako. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keberhasilan Program Sembako, yang dilihat dari ketepatan maupun ketidaktepatan sasaran, ketepatan nilai bantuan, ketepatan waktu pembagian, kualitas beras, dan kebebasan pemilihan komoditas, baik secara nasional maupun pada tingkat provinsi. Selain itu, ingin dilihat juga karakteristik rumah tangga dan wilayah yang memungkinkan terjadinya exclusion error maupun inclusion error. Penelitian ini menggunakan data Susenas Maret 2020 dan beberapa indikator sosial ekonomi wilayah yang dianalisis deskriptif dan inferensial dengan menggunakan regresi logistik biner multilevel. Tingkat ketepatan sasaran lebih rendah dibandingkan tingkat ketidaktepatan sasaran baik exclusion error maupun inclusion error. Selama dua bulan berjalan, masih ada wilayah yang belum melaksanakan Program Sembako. Baru sedikit KPM yang merasakan kebebasan pemilihan komoditas bahan pangan. Karakteristik rumah tangga miskin yang memiliki peluang lebih besar untuk tidak menjadi penerima Program Sembako diantaranya kepala rumah tangga berstatus belum kawin, umur kepala rumah tangga lebih muda, tidak memiliki kartu identitas, tidak memiliki anggota rumah tangga yang cacat, memiliki aset. Kondisi sebaliknya memungkinkan rumah tangga tidak miskin menjadi penerima Program Sembako yaitu kepala rumah tangga berstatus kawin, jenis kelamin kepala rumah tangga perempuan, umur kepala rumah tangga lebih tua, memiliki kartu identitas, memiliki anggota rumah tangga yang cacat, dan tidak memiliki aset. Karakteristik wilayah yang memungkinkan terjadinya exclusion error yang lebih besar yaitu rendahnya gini rasio. Sedangkan karakteristik wilayah yang memungkinkan terjadinya inclusion error yang lebih besar adalah banyaknya jumlah penduduk miskin dan rendahnya pendapatan daerah.

One of the poverty reduction programs in Indonesia is food aid. Various improvements were made to the food aid program, starting from the program recipient database, the amount of aid value, and finally the method of distributing aid. The method of distributing aid that was previously carried out in cash in the form of rice was changed to non-cash in the form of e-vouchers that could be exchanged for various food commodities in e-warong which was called the Sembako Program. This research was conducted to determine the success of the basic food program, as seen from the accuracy and inaccuracy of targets, accuracy of the value of assistance, timeliness of distribution, quality of rice, and freedom of commodity selection, both nationally and at the provincial level. Apart from that, we want to also look at the characteristics of households and regions that allow for both exclusion and inclusion errors. This study uses Susenas March 2020 data and several regional socio-economic indicators which are analyzed descriptively and inferential using multilevel binary logistic regression. The level of targeting accuracy is lower than the level of inaccuracy, both exclusion and inclusion errors. During the two months running, there are still areas that have not implemented the Sembako Program. Only a few KPMs have experienced the freedom to choose food commodities. The characteristics of poor households that have a greater chance of not receiving the basic food program include the head of the household is not married, the age of the head of the household is younger, does not have an identity card, does not have disabled household members, has assets. The opposite condition allows non-poor households to receive the basic food program, namely the head of the household is married, the sex of the head of the household is female, the age of the head of the household is older, has an identity card, has a disabled household member, and does not have assets. The regional characteristic that allows for greater exclusion errors is the low gini ratio. Meanwhile, regional characteristics that allow for greater inclusion errors are the large number of poor people and low regional income.

Kata Kunci : program sembako, ketepatan sasaran, exclusion error, inclusion error, logistik multilevel/food stamp program, target accuracy, exclusion error, inclusion error, multilevel logistics