Memahami Transformasi Maskulinitas Tradisional: Resepsi Kelompok Sasaran Atas Aktivisme "Aliansi Laki-laki Baru"
NADIRA MAURIZKA K, Dr. Ratna Noviani, SIP., M.Si.
2021 | Tesis | MAGISTER KAJIAN BUDAYA DAN MEDIAUntuk menjadi seorang feminis, dibutuhkan konsistensi dan konsekuensi untuk membuktikan bahwa menjadi feminis bukan hanya sekadar label, namun menubuh dalam tindakan nyata. Begitu pula dengan menjadi laki-laki feminis. Berperan sebagai mitra, Aliansi Laki-laki Baru (ALB) berfokus pada penghapusan kekerasan terhadap perempuan dengan menggunakan media sosial sebagai media alternatif mereka. Hal tersebut menarik penulis untuk melihat lebih jauh resepsi audiens dari ALB. mengingat adanya kecenderungan ALB berakhir menjadi gerakan sosial yang elitis, yang hanya berputar pada pengurus-pengurusnya saja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui resepsi kelompok sasaran ALB, yakni remaja laki-laki atas aktivisme ALB dalam mentransformasikan maskulinitas tradisional. Dengan mengkaji posisi resepsi mereka melalui kerangka analisis dari Stuart Hall yang dielaborasi oleh Christian Fuchs. Dengan memuat dua posisi tambahan, yaitu manipulative reception dan critical reception. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga dari lima informan menempati posisi dominant-critical. Di mana mereka tidak hanya simetris dengan fokus gerakan ALB, namun juga berperan dalam menyebarkan wacana feminisme di lingkungan sekitar mereka. Meskipun pandangan mereka masih bias pada masyarakat kelas menengah ke atas. Sedangkan dua posisi lainnya adalah dominant-manipulative dan negotiated-manipulative. Posisi mereka dilatarbelakangi oleh beberapa faktor false consciousness yang membuat mereka melihat isu-isu perempuan dari sudut pandang yang teropresi, namun mereka tidak sadar akan hal itu dan menganggap kejadian tersebut merupakan hal yang lumrah atau bahkan menyalahkan target yang keliru. Menjadi laki-laki baru adalah proses yang tidak pernah usai, maka faktor yang mendukung terjadinya perubahan untuk menjadi laki-laki baru terus berkembang seiring dengan isu-isu perempuan yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
To be a feminist, it takes consistency and consequences to prove that being a feminist is not just a label but also a body in real action. The same goes for being a male feminist. Acting as an ally, Aliansi Laki-laki Baru (ALB) focuses on eliminating violence against women by using social media as their alternative medium. It is interesting for the writer to look further at the audience reception from ALB. Considering the tendency of ALB to end up becoming an elitist social movement, which only revolves around its administrators. This study aims to determine the reception of ALB's target group, namely teenage boys, for ALB's activism in transforming traditional masculinity. By reviewing their reception position through the analytical framework of Stuart Hall elaborated by Christian Fuchs. By loading two additional positions, namely manipulative reception, and critical reception. The results showed that three of the five informants occupy a dominant-critical position. They are symmetrical with the focus of the ALB movement and play a role in spreading the discourse of feminism in their environment. Although their views are still biased towards the upper-middle-class society. While the other two positions are dominant-manipulative and negotiated-manipulative. Their position is motivated by several factors of false consciousness that make them see women's issues from an oppressed point of view, but they are not aware of it and consider the incident to be normal or even blame the inaccurate target. Becoming a new man is a never-ending process, so the factors that support changes to become a new man continue to develop along with women's issues that occur in the surrounding environment.
Kata Kunci : maskulinitas tradisional, pro-feminis, aktivisme diskursif, Aliansi Laki-laki Baru