Praktek dan sikap terhadap sunat perempuan pada masyarakat bugis Makassar Sulawesi Selatan
ILYAS, Prof.Dr. Johana E. Prawitasari
2002 | Tesis | S2 PsikologiPeneliti ingin mengetahui praktek, dan sikap terhadap sunat perempuan pada masyarakat Bugis Makassar, sehingga akan diperoleh gambaran secara faktual dan alamiah tentang pola praktek, dan sikap terhadap sunat perempuan yang masih dilakukan pada masyarakat Bugis Makassar. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Subjek penelitian terdiri dari 10 orang dukun sunat sebagai informan utama, kemudian informan kunci 2 orang’tokoh adat dan 1 orang dokter. Selanjutnya 120 orang ibu-ibu yang pernah mengalami penyunatan digali sikap mereka dengan mengisi angket skala sikap terhadap sunat perempuan . Data kualitatif diperoleh dengan menggunakan wawancara mendalam dan dianalisis secara deskriptif melalui kutipan-kutipan langsung dari perkataan subjek selama proses wawancara berlangsung. Selanjutnya data sikap terhadap sunat perempuan akan dianalisis dengan analisis variansi 2-jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) ritus sunat perempuan pada masyarakat Bugs makassar diyakini sebagai anjuran agama (Islam), walaupun dalam al-Quran dan Hadist tidak ditemukan satu ayat pun yang memerintahkan pelaksanaan sunat perempuan. pelaksana sunat adalah ibu-ibu yang berusia lanjut (nenek-nenek) yang juga berstatus sebagai dukun bersalin. Pengobatan sebagian telah menggunakan sistem medis dan lainnya masih menggunakan pola tradisional. Ritus sunat dilaksanakan secara meriah dan sebagai salah satu wahana dalam memperoleh pengakuan sosial. Prosedur praktek sunat perempuan pada masyarakat Bugis Makassar berhubungan dengan uraitan tipe IV (non clussrfication) penggolongan WHO (2001).alat yang digunakan untuk menyunat dalah pisau lipat yang disebut fudng fuppu. Praktek ini berisiko infeksi organ kelamin dan reproduksi serta dampak psikologs berupa kesakitan dan gangguan kenyamanan; (2) terdapat perbedaan sikap terhadap sunat perempuan antara masyarakat yang tinggal di kota dengan yang tinggal di desa (F = 12.174 dengan p = 0.00 1) dimana masyarakat desa memiliki sikap cenderung mendukung sunat perempuan dengan rerata 133.400 dibanding dengan masyarakat kota yang memiliki sikap cenderung kurang mendukung sunat perempuan rerata 119.600. Selanjutnya pada analisis uji-F tingkat pendidikan SD, SMP, SMU, dan PT didapatkan tidak ada perbedaan sikap berdasarkan tingkat pendidikan (F = 1 SO3 dengan p = 0.209 ). Sedangkan hasil uji-t untuk semua tingkat pendidikan menghasilkan nilai p 2 0.005.
This research is aimed to determine the practical and the attitude toward female circumcision for the Bugis Makassar community, in order to obtain a factual and natural understandnig concerning the current cultural values, the practical pattern and the attitude toward women’s circumcision that’s still taking a place among the people of Bugis Makassar. This research utilized both qualitative and quantitative methods, using the technique of purposive sampling for samples gathering. The research subject consists of 10 people of circumcision witch doctors as the main informant, then 2 people of tradition holders, and a physician. Then 120 women who had the circumcision, were investigated and their opinions for this circumcision were recorded on a satisfaction scale considering this procedure. The qualitative data were inquired using the interview method, penetrating and analyzing descriptively the words of the subjects being interviewed during this interview process. After that, the attitude data will be analyizd using 2-way analysis of variances. The results of the research indicate: (1) female circumcision habit is believed to be an Islamic religious obligation among the community of Bugis Makassar, although it has never found any indicating or a Holy writing in the Holy Quran or in Hadis. The conductors of the circumcision are usually old women (grandmothers) also practicing the birth nursing profession. Some of the medications use the medical system, others still use the traditional ways. Female circumcision habit is still celebrated as one customs in order to obtain a social adrmssion. The practical procedure of female circumcision among the people of Bugis Makassar is related with type IV (non classification) WHO (2001). A tool applied in this kind of procedure is usually a folding knife known as Lading Lappa. This kind of practicing is involving an infection risk of the gentile and reproduction organs, in addition to the psychological effect of pain and uncomfort; (3) different opinions and attitude toward the female circumcision were found between the people living in the city and the d a g e people (F= 12.174 with p= 0.01) where the village people tend to conduct this circumcision with an average value of 133.400 compared with city people have an average value of tendency around 119.600. Then, for the F-test of SD, SMP, SMU, and PT education level, it was obtained that educational level has caused no difference in the attitude (F= 1.503 with p= 0.209). The result of F-test strengthened by the result of T-test for all educational levels resulting the value p 2 0.005.
Kata Kunci : Praktek, sikap, sunat perempuan, Practic, attitude, female circumcision