Strategi Pengelolaan Tarsius Belitung (Cephalopachus bancanus saltator) Di Penangkaran Wisata Alam Batu Mentas, Kecamatan Badau, Kabupaten Belitung
NUR HARI ARISTI, Drh. Subeno, M.Sc.
2021 | Tugas Akhir | D3 PENGELOLAAN HUTANUpaya konservasi sangat penting dilakukan agar kelestarian tarsius belitung tetap terjaga. Salah satu tempat konservasi tarsius yang ada di Belitung ialah di wisata alam Batu Mentas, Kecamatan Badau, Kabupaten Belitung. Tujuan dilakukan penelitian adalah untuk mengetahui pola aktivitas harian tarsius belitung (Cephalopachus bancanus saltator) dan strategi pengelolaan yang mencakup infrastruktur (sarana prasarana) dan pemeliharaannya di penangkaran wisata alam Batu Mentas. Metode pengambilan data dilakukan melalui wawancara dan observasi secara Focal Animal Sampling. Wawancara dilakukan secara terstruktur dengan menggunakan pedoman wawancara bersama ketua pengelola dan pengurus harian taman wisata alam Batu Mentas. Sedangkan, Focal Animal Sampling yaitu dengan mengamati setiap periode yang dilakukan pada satu individu dengan menggunakan interval waktu tertentu. Peralatan yang digunakan antara lain senter, jam tangan, alat tulis, ethogram, dan kamera digital. Data selanjutnya ditabulasi sehingga diperoleh persentase tiap perilaku dalam ukuran waktu hari dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian yaitu aktivitas makan sebesar 18 %, minum 0 % (tidak ada), bergerak/berpindah 34 %, istirahat 43 %, dan berinteraksi dengan pengunjung/petugas 6 %. Sedangkan strategi pengelolaan dan pemeliharaan tarsius belitung yang dilakukan di wisata alam Batu Mentas ialah suistainable with conservation and education. Secara garis besar, perilaku tarsius mulai dari makan, minum, istirahat, serta bergerak dan berpindah yang ada di kandang penangkaran Batu Mentas, Belitung kebanyakan masih serupa dengan perilaku tarsius yang ada di alam atau habitat aslinya.
Conservation efforts are very important so that the sustainability of the Belitung tarsier remains awake. One of the places for tarsier conservation in Belitung is Batu Nature Tourism Mentas, Badau District, Belitung Regency. The purpose of the research is to knowing the daily activity pattern of belitung tarsier (Cephalopachus bancanus saltator) and strategies management which includes infrastructure (infrastructure) and its maintenance in Mentas natural tourism captivity. The method of data collection is done through interviews and observations by Focal Animal Sampling. Interviews were conducted in a structured manner using interview guidelines with the chief manager and daily management of the Batu Mentas natural tourism park. Focal Animal Sampling, namely by observing each period carried out on one individual using certain time intervals. The equipment used included flashlights, watches, stationery, ethogram, and digital cameras. The data is then tabulated so that the percentage of each behavior in terms of time of day and analyzed descriptively. The research results are eating activity by 18%, drinking 0% (none), moving/moving 34%, resting 43 %, and interacting with visitors/officers 6%. While the management strategy and The maintenance of the Belitung tarsier that is carried out in Batu Mentas natural tourism is sustainable with conservation and education. Broadly speaking, tarsier behavior starts from eating, drinking, resting, and moving and moving in the Batu captive cage Mentas, Belitung is still mostly similar to the behavior of tarsiers in nature or their natural habitat.
Kata Kunci : Cephalopachus bancanus saltator, tarsius belitung, pola harian