Istilah Pornografis di Indonesia: Analsis Bentuk, Asosiasi, dan Dominasi Maskulin
ADITYA WICAKSONO, Dr. Sailal Arimi, M.Hum.
2021 | Tesis | MAGISTER LINGUISTIKPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk lingual, asosiasi pornografi, fungsi, maskulinitas, dan dominasi maskulin dalam istilah pornografis. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiolinguistik, khususnya kajian bahasa dan gender. Data primer penelitian diperoleh di dalam media sosial twitter dan data sekunder diperoleh dari hasil kuesioner. Hasil penelitian ini adalah (1) bentuk lingual istilah pornografis yang paling banyak ditemukan adalah bentuk akronim, (2) asosiasi pornografi istilah yang paling banyak ditemukan adalah mengacu pada alat genital, lalu fungsi istilah pornografis antara lain untuk ajakan berhubungan seksual, menawarkan jasa seksual, mengakses video porno, menyewa pekerja seks komersial, serta mengekspresikan hasrat seksual, dan (3) dominasi maskulin dalam akronim pornografi dapat dilihat dari gender maskulin menciptakan dan mengembangkan istilah pornografis, yang dapat dilihat berdasarkan frekuensi pria membicarakan topik pornografi lebih besar dibandingkan wanita. Lalu, terdapat pula kekerasan simbolik terhadap gender feminin karena berdasarkan referen istilah pornografis, feminin memiliki persentase lebih besar dibandingkan dengan maskulin, sehingga feminin dijadikan sebagai objek dalam pembentukan istilah pornografis.
This study aims to describe lingual forms, pornographic associations, function, masculinity, and masculine domination in obscenity words. The research used a sociolinguistic approach, especially the study of language and gender. Primary data of the study were obtained in social media twitter and secondary data were obtained from questionnaires. The results of this study are (1) the lingual form of the obscenity words that is most commonly found is the acronym, (2) the most common association of the obscenity words refers to genital organs, then the function of the obscenity words includes inviting sexual intercourse, offering sexual services, accessing pornographic videos and photos, hiring commercial sex workers, and expressing sexual desires, and (3) masculine dominance in the obscenity words can be seen from the masculine gender creating and developing the obscenity words, which can be seen based on the frequency that men talk about pornographic topics is greater than women. Then, there is also symbolic violence against feminine gender because based on the referent of the obscene words, feminine has a greater percentage than masculine, so that femininity is used as an object in the formation of the obscenity words.
Kata Kunci : istilah pornografis, twitter, dominasi maskulin, sosiolinguistik