Evaluasi Interaksi Obat pada Pasien Stroke di Bangsal Rawat Inap RSBP Batam

FEBRIYANTI SIAHAAN, Rr. Fivy Kurniawati, M.Sc

2021 | Skripsi | S1 FARMASI

Stroke sebagai penyakit paling mematikan di Indonesia memiliki banyak faktor risiko dan komplikasi yang dapat muncul, sehingga meningkatkan polifarmasi yang berpotensi menyebabkan terjadinya interaksi obat. Interaksi obat dapat menyebabkan kegagalan terapi hingga toksisitas. Rumah sakit rujukan stroke di Kepulauan Riau RSBP Batam merupakan tempat yang tepat untuk mengidentifikasi gambaran pola penggunaan obat pada pasien stroke, gambaran interaksi obat, hubungan karakteristik pasien dengan interaksi obat, serta pengaruh interaksi obat potensial terhadap lama rawat inap. Penelitian ini termasuk cross sectional dengan pengambilan data secara retrospektif. Populasi penelitian adalah pasien stroke dewasa periode Agustus 2019 sampai Agustus 2020 yang mendapat terapi 2 jenis obat atau lebih di bangsal rawat inap RSBP Batam (N=87). Evaluasi interaksi obat menggunakan drug interaction checker sebagai skrining awal kemudian dievaluasi lebih lanjut menggunakan pustaka Drug Interaction Facts tahun 2015. Data kemudian dianalisis dengan metode chi square sehingga didapatkan p value untuk menggambarkan signifikansi. Dari total 87 pasien stroke di RSBP, 51 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi paling banyak diresepkan golongan obat antihipertensi dengan total 104 peresepan (26,87%). 46 pasien mengalami 160 interaksi obat potensial dengan interaksi potensial yang paling banyak terjadi adalah interaksi antara amlodipin dan bisoprolol sebesar 18 kejadian (12,24%). Derajat keparahan terbanyak adalah moderate (71,43%). Mekanisme yang terjadi adalah farmakokinetik (40,13%), farmakodinamik (15,65%), dan tidak diketahui (44,22%). Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan pengaruh antara karakteristik pasien, yaitu komorbid dengan interaksi obat potensial (p=0,006) dan tidak terdapat hubungan pengaruh antara interaksi obat potensial dengan lama rawat inap (p value=0,072).

The most deadly case of Indonesia health problem is stroke with many risk factors and complications can arise which increasing polypharmacy that potentially causes drug interactions (DDIs). Drug interactions can lead to treatment failure and toxicity. A referral hospital for stroke in Riau Islands RSBP Batam is the right place to identify drug prescription, interaction events, correlation between patient characteristic and DDIs, also the correlation between DDIs and length of stay (LOS). This cross-sectional study uses retrospective data collection through medical records. The population of this study is stroke patients (age greater than or equal to 18 years) who received 2 type drugs or more from August 2019 to August 2020 (N=87). Potential DDIs were analyzed using drug interaction checker drugs.com and then further evaluated using the Drug Interaction Facts literature. The data obtained were analyzed using the chi square method to describe the significance. 51 out of 87 patients who met the inclusion and exclusion criteria were most prescribed the antihypertensive agents with a total 104 prescriptions (26,87%). 46 patients experienced 147 potential DDIs with the most potential DDIs is amlodipine and bisoprolol for 18 events (11,25%). The highest degree of severity is moderate (66,25%). The mechanisms that occur are pharmacokinetics (25,00%), pharmacodynamics (14,38%), and unknown (60,62%). Based on the study, there is a correlation between patient characteristic (comorbid) and potential DDIs (p value= 0,006) and there is no correlation between potential DDIs and LOS (p value= 0,072).

Kata Kunci : Interaksi obat, stroke, lama rawat inap/Drug interactions, stroke, length of stay