Laporkan Masalah

Motif hias Karang Bhoma pada Candi dan Bade dalam kehidupan masyarakat Hindu Bali

SUPARTA, I Made, Prof.Drs. SP. Gustami, SU

2002 | Tesis | S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa

Penelitian ini berusaha mengungkapkan permasalahan yang terkait dengan motif hias karang bhoma dalam konteks kehidupan masyarakat Bali, yang sarat dengan upacara keagamaan, adat, stratifiisi sosial, dan kultural. Sehubungan dengan itu, motif hias b a n g bhoma sebagai produk budaya yang digunakan pada bangunan candi, bade, tempat umum, dan papan nama, melalui pendekatan historis, struktural, dan multi disiplin, akan memberi pemahaman bahwa penggunaan motif hias karang bhoma yang ada di puri, di pura, maupun pada bangunan bade, tidak terlepas dari simbol-simbol dan sistem wama/ kasta. Penggunaan motif hias berbentuk kedok atau topeng, telah dikenal masyarakat Bali pada mas8 perundagian, sebagai hiasan nekara, yang mengandung nilai magis dan berfungsi melindungi masyarakat. Begitu pula pada mulut gua pertapaan di desa Bedulu yang dikenal dengan Gua Gajah pada bagian atasnya berisi motif berbentuk kala yang tidak menggunakan rahang bawah. Kedatangan Rsi Markandeya dan Mpu Kuturan membawa pembahan besar di bidang agama dan pembangunan tempat suci khususnya bangunan candi beserta hiasannya. Secara lambat laun motif hias kala yang tanpa rahang bawah itu, berkat daya cipta para undagi bentuk-bentuk itu direka menjadi bentuk karang bhoma. Selanjutnya, motif hias karang bhoma tidak saja digunakan untuk menghiasi bangunan candi yang ada di puri, di pura, bade, juga di tempat-tempat umum seperti perkantoran, art shop maupun hiasan papan nama. Penggunaan karang bhoma yang ada di atas pintu masuk bangunan candi mempunyai bentuk motif yang diciptakan dengan memformulasikan dua esensi bentuk yakni raksasa dan Dewa, yang ada dalam ceritera Bhomantaka dan Narakawijaya. Penggunaan motif hias karang bhoma pada bangunan bade tamp& lebih meriah dan mewah, sesuai dengan makna ngaben itu sendiri yang berarti berlebihan. Kelebihan itu temjud dalam bentuk hias lcarang bhoma bersayap, yang dihiasi dengan kertas dan kapas berwarna sesuai tingkatan warna/kasta. Kehidupan masyarakat Bali yang dilandasi tn' hita kuruna dan ma bhineda yang tervisualisasi berupa motif hias lcarang bhoma bermakna keserasian, keselarasan, antara makrokosmos dan mikrokosmos. Berpusat pada satu titik yaitu agama, melandasi tradisi berkesenian masyarakat Bali berorientasikan dedikasi dan sosial. Konsep desu, Ma, putru, dan lestaririya tradisi-tradisi yang ada di tengah kehidupan masyarakat Bali, keragaman proporsi bentuk maupun unsur motif', telah memperkaya motif hias karung bhom tanpa meninggalkan motif intinya. Penghargaan yang diberikan oleh raja terhadap wurnu/kcrstu, diwujudkan berupa tanda atau simbol yang berupa motif hias karung bhoma pada bangunan bade, sebagai bukti adanya hubungan hierarkis, horizontal, dan rasa kebersamaan

The research tried to explore the decorated motives of h a n g bhoma in the life of Balinese people, which various religion ceremonies, tradition, social stratification, and culture. In- regard to this matter, decorated motive on karang bhoma as cultural product that was used in temples building, bade, public utility, and signboard through historical, structural, and multi discipline approach will give understanding that use of this decorative motives on karang bhoma was exist in pun’ and pura or in building of bade, including their symbols and warna or h t a system. The use of decorated motives formed kedok or mask, has been known in Balinese people in perundagiun age, as a kettle-drum decoration that consisted of magical value and had a function to protect the people. And therefore, in mouth of cave penance in Bedulu village that has been known as Gua Gajah, we can find in top of caves mouth consisting of motives like kala, those which has no his bottom jaw. Coming of Rsi Markandeya and Mpu Kuturan brought the big changing in religion matter and development on holy place, especially temple’s building and the decoration. As soon as decorative motive like kala that had no the his bottom jaw. On hand of undagi’s creativity those forrns were restructured to be karang bhoma. In addition, decorative motives of karang bhoma was not only used to figure temples building in puri, pura, bade, but also we can find in public utility such as ofice building, art shop, and decorated name signs. The use of kumng bhoma above, in gate of temple’s building had form ofmotives which was created by formulation two essential forms, ’ that is giant and god, who existed in story of Bhomantaka and Namkawijaya. The use of decorative motives on kurang bhorna in bades building seemed mild and luxurious, appropriate to the meaning of the nguben, means that it was a abundance. People’s life in Bali based on tri hita kamna and nua bhineda that was visualized in decorated motives on karang bhomu, means that the harmonic, match between macro-cosmos and micro-cosmos. Centred on one point, that is religion, based an art performing in Balinese people who oriented to the dedication and social matter. Concept of desa, icala, putra and sustainability of tradition that exist in middle of people’s life in Bali, various form proportion and element of motives had enriched the decorated motives on kamng bhma without release of essential motives. Honor that given by king to wama/ kasta implemented like a sign or symbol like decorative motives on karang bhorna in bade’s building, as an evidence of existence on hirarchical and horizontal relation, and feel Iife and work together.

Kata Kunci : Seni Kriya,Masyarakat Bali,Motif Hias Karang Bhoma, Decorated motives Kamng Bhoma, Temple, Bade, Bali


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.